Mohon tunggu...
Yoan S Nugraha
Yoan S Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemred kepripedia.com

Pemimpin Redaksi media online kepripedia.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bangkitnya Meganthropus Keprinecus

20 Februari 2017   14:26 Diperbarui: 20 Februari 2017   14:45 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali pada spesies Meganthropus Keprinecus yang juga menyerang kaum belia di tanah ini. Kita bisa dengan seksama menyaksikan apa yang sedang diperbuat dan diperjuangkan oleh mereka saat ini, berlomba-lomba mendaki puncak modernisasi. Saya tidak menyalahkan ketika mereka berpakaian ala-barat, hoby ala-luar negeri.

 Tapi yang mesti kita sesali adalah sudah raib entah kemana perginya hakikat kaum belia itu terhadap tanah tempat tembuninya memburai dengan tanah, hakikat kemelayuan yang berakar pada tiap-tiap sendi budi dan bahasa, bahkan sangking kuatnya hal itu dibuatlah berbagai ungkap kata diantaranya “yang kurik itu kundi, yang merah adalah saga. Yang baik itu budi, yang indah adalah bahasa”.Jadi, janganlah heran ketika setakat ini banyak kaum belia itu bertungkus lumus belajar bahasa asing hanya sekadar untuk bisa menikmati film, pertunjukan dan perkembangan style bangsa asing tersebut.

Misi Meganthropus Keprinecus juga membuat kita amnesia tentang betapa sesungguhnya sedap sambal belacan dibandingkan chili sauce, serunya main sembunyi endop dibandingkan get rich, atau C.O.C. sedapnya bersembang sama walau hanya sekadar duduk dan menyantap tambul jemput-jemput pisang atawa roti kiben. Amnesia tentang keindahan alam kita sendiri.

Dan lebih heran lagi sepesies Meganthropus Keprinecus juga membuat seolah-olah prilaku amnesia itu merupakan hal yang baik dan patut dimiliki. Jangan heran juga ketika lagu flashlight yang dinyanyikan Jessie J lebih banyak dihapal luar kepala oleh kaum belia dibandingkan larik Gurindam Jiwa yang penuh warna rasa itu. Maklumkan juga ketika kaum belia yang baru beberapa bulan kuliah ke luar kota lalu pulang dengan bahasa yang sengaja di Jakarta-jakarta-kan. Semua adalah keberhasilan strategi dari spesies Meganthropus Keprinecus.

Alkisah, jika dari tanah kembali ke tanah, dari air kembali pada air. Yang darat pulang ke gunung, yang hilir hanyut ke laut. Maka demikian jugalah dengan Meganthropus Keprinecus. Entah dilestarikan atau dipunahkan, hal itu berpulang pada kita. Sadar atau tidaknya kita terhadap spesies ini pada hidup dan kehidupan kita, kembali pada kita yang seberapa berani sudi dan berkenan untuk berkaca yang kemudian tepuk dada tanya selera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun