Magnolia menatap Nikho, masih dengan tatapan yang sama. Yang mengharap pembicaraan ini hanya omong kosong.Â
"Ayolah Magnolia, jangan menatapku seperti itu," kata Nikho menghampirinya, "Kau tahu, kau sangat sulit untuk kumiliki. Itu sebabnya aku harus berusaha kan, tapi jangan terlalu naif menganggap bahwa itu semua adalah cinta, cinta itu tidak ada."
"Apa!"
"Tapi..., kalau kau mencintaiku juga tak apa-apa. Asal, kau siap untuk berbagi," kata Nikho melirik ke arah kamar sejenak. Dan Magnolia mengerti itu. Nikho menyentuh dagu Magnolia, "Lagipula, sebenarnya aku juga belum merasa bosan denganmu," lanjut Nikho menariknya untuk menggapai bibir indah itu. Tapi Magnolia dengan cepat mendorong dan melayangkan sebuah tamparan ke wajahnya.Â
Waktu seakan berhenti untuk beberapa saat.Â
Magnolia menatap Nikho dengan kilatan yang bercampur. Ibunya sudah sangat menyukai pria di hadapannya itu, ia juga sudah sangat mempercayainya, bahwa ia akan menemukan kebahagiaan meskipun itu di ambang maut sekalipun. Ia sudah mengubur rasa takutnya untuk mencintai pria itu, ia sudah bertekad untuk bertahan, karena mencintai seorang ketua mafia itu tidak mudah. Tapi apa yang ia hadapi saat ini, meski hati kecilnya tak mau membenarkan. Nikho pernah berkata bahwa ia tak pernah membawa siapa pun masuk ke dalam kamarnya kecuali dirinya, tapi hari ini ia melihat ada wanita lain di sana. Dan mungkin bukan hanya wanita itu saja, tapi semua wanita yang pernah bersama Nikho.Â
"Kau benar, aku yang terlalu naif," ucap Magnolia dengan bibir bergetar, "Aku yang terlalu bodoh, harusnya aku tahu..., kau..." Magnolia memutus kalimatnya, entah kenapa rasanya lidahnya tak sanggup untuk mencela pria di hadapannya. Ia malah terisak, dan isakannya terdengar pedih. Tapi ia mencoba mengatur nafas untuk bisa berucap,
"Kau...."
Tapi tetap saja, ia justru tak tahu apa yang akan ia ucapkan. Akhirnya ia memilih untuk menamparnya sekali lagi, dan memukuli tubuhnya dengan kekuatannya yang tak seberapa. Lalu berlari meninggalkan tempat itu.Â
Nikho bergeming. Suara langkah kaki Magnolia menggema, dan perlahan memudar oleh jarak. Tapi isak perihnya masih bisa Nikho rasakan. Ia mengepalkan tinjunya dengan seluruh kekuatan yang ia miliki.
Yvette muncul di ambang pintu, hari ini ia telah membantu seseorang untuk meghancurkan hati seorang wanita. Tapi ia tahu hati siapa yang sebenarnya paling hancur. "Ini hal terbodoh yang pernah kaulakukan, Nik!"Â