BYURR...,
Aku tersentak bangun dengan gelagapan, menyeka wajahku yang basah kuyup sersya meracau, "hujan!" kutengok sekitarku tapi aku malah menemukan wajah ibu yang menatapku sangar.
"Dasar bocah pemalas, matahari sudah mlethek masih ngelonin guling!"
Kalau ibu sudah mengomel, aku hanya bisa diam mendengarkan. Tapi kan tidak setiap hari aku bangun kesiangan.
"Cepat susul bapakmu ke sawah," perintah ibu sambil berlalu dari bilik usangku. Aku tak mau kena semprot lagi jadi segera kularikan diriku ke bak mandi.
* * *
Kulihat bapak sedang menyiangi pepohonan jagung, aku berjalan menghampiri. Tapi saat kusapukan mataku ke sekeliling, aku menangkap pemandangan yang luar biasa. Sama seperti mata semua lelaki yang berada di sekitar sawah, akupun menatapnya samai air liurku hampir menetes.
Gadis cantik itu memang menjadi pusat perhatian di kampungku sejak dia pindah dari tempat yang jauh. Mau bagaimana lagi, dia satu-satunya yang paling kinclong di desaku sekarang. Jantungku hampir meloncat saat dia membalas tatapanku dan tersipu padaku. Serasa mimpi.
TOK!
Tubuhku telonjak, "Semprul, kau tuli! Bapak panggil malah enak-enakan kedip-kedipan sama perawan. Jangan ngimpi pacaran sama dia, mana mau perawan kinclong macam itu pacaran sama perjaka bulukan sepertimu, le!" haduh bapak ini, bukannya ngasih semangat ke anaknya, malah menjatuhkan! Mana sakit lagi kepalaku diketoknya dengan gagang sabit. Untung bukan mata sabitnya. Bosa bocor!
"Cuci mata pak, memangnya bapak tidak mau memperbaiki keturunan apa!"