"Nur, kita pulang saja ya. Nur pasti capek!" pintaku. Tapi dia menggeleng dengan lemah, "Tidak Di, Nur masih mau disini!" tolaknya. Lalu dia bangkit perlahan, menggeser duduknya hingga kami berdekatan. Mata kami bertautan, sebutir airmata menggelinding ke pipinya yang pucat. Rambut hitamnya yang dulu lebat kini semakin tipis saja.
"Nur boleh peluk Adi kan?" tanyanya. Aku terdiam. Tanpa persetujuanku, Nur sudah merebahkan dirinya di bahuku. Dan aku memang sangat ingin memeluknya dengan seluruh cintaku.
"Adi tidak akan lupa sama Nur kan?" tanyanya. Hatiku pedih mendengar itu, bagaimana aku akan lupa. Nur adalah satu-satunya cinta dalam hidupku. Aku bahkan tidak tahu, apakah aku sanggup menjalani hidupku esok hari. Tanpa Nur.
"Di, Nur ngantuk. Nur mau tidur," ucapnya, suaranya lirih. Hampir tak terdengar, dia memelukku lebih erat seolah meminta perlindungan. Aku tahu dia takut. Akupun takut. Takut tak bisa melepaskannya.
"Adi sayang sama Nur!" ucapku dengan bibir bergetar. Bulir bening mengambang dimataku, kurasakan Nur tersenyum lembut. Dan dia membalas,
"Nur juga sayang sama Adi!" suaranya mendesis. Berbisik. Tapi aku mendengarnya, perlahan kurasakan tubuhnya melemas dalam dekapanku. Aku tak mampu lagi menahan tumpahan cairan panas dimataku, aku hanya bisa menangis sambil mengencangkan pelukanku pada tubuh Nur yang terkulai lemas.
Â
__________o0o__________
Â
©Y_Airy || Jakarta, 16 September 2016
 [caption caption="LOGORTC, DOK.RTC"]