Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Rose RTC] Salju di Bulan September

16 September 2016   10:33 Diperbarui: 16 September 2016   10:49 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="lovewallpaerz4u.blogspot.com"][/caption]

"Di, kita mau kemana?" tanya Nur saat ku tuntun dengan mata terpejamnya, "jangan membuat Nur penasaran!"

"Ke tempat yang indah," sahutku di telinganya, ia tersenyum lembut, senyum yang selalu membuatku mabuk. Dan terpaksa melakukan ini. Menculiknya!

Tangan kami menyatu, aku membawanya berjalan dengan sangat hati-hati. Takut dia terpeleset dan terjatuh, saat dia menginjak sesuatu sampai berbunyi "krenyek" dia terlonjak sedikit.

"Eh, itu apa Di? Nur tidak menginjak binatang mungil kan?" paniknya. Aku tertawa ringan, "itu hanya tangan!" gurauku. Dia menghentikan langkah, kurasa dia sedang melotot meski tak bisa kulihat matanya karena tertutup kain.

"Tangan?" serunya panik,

"Tangan pohon, Nur!" sahutku, "mereka yang sudah tak berfungsi akan menjatuhkan diri!"

"Adi, kau ini!" dia mendesahkan nafas lega, kulanjutkan tawaku dan kembali menuntunnya. Aku suka melihat rona dipipinya saat kesal oleh godaanku.

Butuh perjuangan untuk bisa membawa Nur sampai disini, bersamaku. Aku bukan siapa-siapa dibandingkan dengan Nur yang ayahnya adalah seorang bupati. Tapi rasa yang tumbuh dihati kami tak membedakan kasta, meski sering dicela oleh keluarga Nur. Tapi aku tak mampu menepis perasaanku terhadapnya, jadi kamipun menjalin hubungan secara diam-diam. Melewati hari-hari indah secara rahasia. Tapi keindahan itu tak berlangsung selamanya.

Pada akhirnya hubunganku dengan Nur diketahui juga oleh keluarga Nur. Aku ditegur keras agar tidak menemui Nur lagi, karena mereka sudah menyiapkan calon suami yang tepat untuk Nur. Yang sepadan, yang mapan.

Tapi cintaku terhadap Nur terlalu besar, tidak akan ada yang bisa membunuh cinta kami. Meski sebuah kenyataan pahit Tuhan datangkan pada Nur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun