"Lalu apa masalahnya?"
Sahutan Dei benar-benar membuat Phoebe kesal, memang...pada awalnya Dei tak setuju ketika ia harus pisah kamar dengan kakaknya saat memasuki SMU. Tapi mereka tetap harus memiliki kamar masing-masing karena usia mereka bukan anak-anak lagi. Meski begitu hubungan mereka tak berubah.
Mereka masih satu mobil dan selalu bersama kemanapun beranjak. Mereka memang kembar, wajah merekapun mirip. Jika rambut Phoebe di potong gaya lelaki, ia sangat identik dengan Dei, hampir tak bisa di bedakan. Kecuali fisiknya. Nama mereka di ambil dari nama satelit Mars, yaitu Phobos dan Deimos.
Dan hubungan mereka menjadi aneh sejak Dei terlihat sangat agresif terhadap Phoebe. Sering berlama-lama di kamar Phoebe saat malam, bersikap kasar terhadap semua pria yang mendekati kakaknya itu, dengan alasan ia tak mau kalau nanti kakaknya di sakiti hatinya. Membuntuti saat Phoebe pergi keluar tanpanya. Dan belakangan selalu ingin kembali sekamar. Phoebe pun sebenarnya tahu alasan kenapa Dei melakukan semua itu, tapi ia mencoba untuk lebih realistis.
"Keluar Dei, jangan menjadi Childish. Kita sudah dewasa!" usirnya lagi.
Dei memutar kepalanya hingga matanya bertemu dengan milik Phoebe, menatapnya dalam. Keheningan menyergap, menciptakan rasa aneh di hati Phoebe.
"Jadi kau mau menerima cinta Vito, mau pacaran dengannya?"
"Aku hanya chatting dengannya!" tegasnya.
"Sungguh?" ragu Dei, Phoebe terdiam. Vito adalah anak fakultas hukum yang di kenalkan Indira padanya melalui WA, iapun baru seminggu berbalas pesan WA dengan pria itu tanpa sepengetahuan Dei. Karena jika Dei tahu, Dei pasti akan mencari Vito dan melarangnya mendekati Phoebe.
"Kalaupun iya kenapa, aku sudah dewasa...dan aku mulai bosan menjomblo. Menolak semua pria yang mendekatiku!" terangnya. Dei membuka mulutnya tapi belum sempat bersuara, Phoebe sudah lebih dulu membungkamnya, "kalaupun kau juga sama, itu maumu Dei. Aku tak memintamu untuk ikutan menjomblo, jadi jangan jadikan lagi itu sebagai alasan agar aku menjauh dari semua pria!" sahut Phoebe tegas.
Dei tak menyahut, hanya memberinya tatapan kecewa lalu berhambur keluar.