[caption caption="quotesgram.com"][/caption]
Â
Pagi memutih, seputih tubuhmu yang ku temukan polos ketika ku buka mata. Yang ku selimuti dengan hangat rinai hujan sejenak. Pesonamu, senyummu, memaksaku. Tinggal. Tuk habiskan hari-hariku dalam dirimu.
Lembut wajahmu menerpa, menerbangkan anganku akan peristiwa semalam. Dimana rembulan menyelimuti tubuhmu, dengam bias-bias sinar indahnya. Membujukku untuk kembali tidur. Kembali tidur dalam pelukmu. Atau..., biarkan saja mataku terjaga, menikmati indahmu yang lelap dari sisa-sisa lelah semalam.
Ya. Semalam.
Kita bertiga, bercumbu mesra. Kau, aku, dan Rembulan. Menggeluti senyap-senyap malam dengan kehangatan, berselimut dinding-dinding bisu yang menatap tajam, seolah cemburu. Hening, tak menggema.
Kau, senyummu, sentuhmu. Semua yang ada dalam dirimu, seperti candu. Membuatku menginginkan lagi, dan lagi. Ingatkah...,
"Salvia!"
Ku dengungkan namamu lembut. Ketika kau isakan tangis sesaat semalam, tentang kelam masa kecilmu. Kau menatapku, nanar, dengan mata bulatmu.
Jam-jam berikutnya, tawamu menggelegar. Membasah. Membasahi mataku, membasahi keningku, ya, tawamu...,
Alasanku...,
Menjadi alasanku ku habiskan waktuku di lenganmu. Menikmati malam-malam buta. Bersama. Dengan tawa, dengan tangismu yang samar, yang kau biarkan lenyap dalam hening malam. Menggaungkan rasa yang merayapiku.
Lagi. Ketika kuncup langit merekah, menyalurkan hangatnya.
"Salvia,"
Namamu menyala, diantara tunas-tunas yang merekah, dalam lelehan salju yang terbakar. Masih. Ku temukan dirimu. Lagi.
Â
©Y_airy, Jakarta, 2 Maret 2016
Â
Terinspirasi dari puisi, "Maithuna" karya, Octavio Paz.Â
Karya ini di ikutsertakan untuk memeriahkan hut ulang tahun perdana, Rumpies The Club.
Â
[caption caption="Logo Rumpies The Club"]
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H