Nicky memutar matanya lalu berjalan menjauh dari istrinya, "bisakah kau buatkan minuman segar untukku?" katanya, Liana sedikit melebarkan mata, "bawa saja ke ruang kerja kakek!" tambahnya. Liana mengangguk lalu berjalan meletakan jas suaminya di sandaran kursi,
"Dan..!"
Nicky kembali menolehnya, "bisakah nanti kau suruh semua orang untuk membantumu memindahkan semua barang-barang kita di kamar ke kamar ini?" pintanya.
"Memindahkan barang-barang kita?"
"Jika Ivana inginkan kamar itu berikan saja, mulai malam ini ruangan ini akan jadi kamar kita. Lagipula....kamar kakek ini jauh lebih nyaman!"
Liana mengangguk lalu berjalan keluar, ia tersenyum dengan ide Nicky. Ia memang suka menghabiskan waktu di kamar kakek Willy, dan sekarang kamar itu akan menjadi kamar mereka. Sepertinya.... Nicky memang tidak suka kamarnya di sentuh wanita lain, dan itu membuat Liana senang.
Sementara di kantor, Daren dan yang lainnya sedang terjebak meeting penting yang harusnya di pimpin sendiri oleh Nicky selaku PresDir di Harris Group.
* * *
Di tempat lain, Brian juga sedang menjalankan tugasnya. Ia menemui seorang wanita yang pernah melakukan pertemuan dengan Rafi beberapa kali, ia dapatkan profil wanita itu dari beberapa cctv yang menangkap adegan pertemuan itu di beberapa tempat. Seperti di daerah proyek hingga ke sebuah hotel berkelas. Akhirnya dengan di bantu pihak kepolisian ia dapat mengetahui identitas wanita itu, saat ini ia sedang menekan bell apartemen wanita itu. Tapi sudah sekian kali ia menekan bell, tak jua ada tanggapan. Padahal dari cctv memperlihatkan bahwa wanita itu tidak keluar dari apartemennya sejak kemarin sore. Juga tak terlihat ada tamu yang datang.
Karena penasaran, maka mereka terpaksa mendobrak pintu apartemen itu, mereka segera menelusuri semua sisi tempat yang ada. Hasilnya nihil, hingga.....
Brian terpaku melihat darah yang menggenang di bawah kulkas, beberapa polisi ikut melihat ada apa gerangan. Lalu salah satu dari mereka menbuka kulkas tersebut yang langsung membuat semua mata membeliak lebar, bahkan ada yang sampai hendak muntah.