Pernah kau bertanya......
Kirakah Mentari di hinggapi rasa lelah? Dia berikan dunia tebar cahaya, menerangi tiap-tiap ruang pekat, menyibak gigil kabut dengan hangatnya,
Usah kau risau itu, kala mentari lelah-senja memeluknya, menidurkannya dalam dekap lembayung, "jawabku"
Pernah pula kau berkata,
Akankah mentari lelah menghangat? Tidakkah ia penat, singkirkan dingin dunia dengan jiwanya? Dan apa yang mampu dunia berikan padanya, selain derita yang membuatnya semakin gerah,
Â
Sekali lagi,
Ku denguskan nafas karena tanyamu, tak usah kau peduli itu, mentari lakukan tugasnya, pamrih tak ia kenal, pun lelah, mungkin....
Lelah itu hanya kita yang tahu, atau, lelah itu telah merasukimu, merasuki hatimu, jiwamu, benarkah itu? Diam menggerilya di bibirmu, tanyaku hanya kau sorot dengan kerling mata, embun surga meleleh disana, mengiris perih,
Getar bibirmu merangkak, gema ombak merayap, gelombang tak lahir buih, seolah bayu menyeret jawabmu, meminta karang mengubur,
Apa yang kau risau?
Aku di sini, tetap di sini. Jika mentari tak lagi menghangat, dekapku tak pernah jauh, lihatlah.....
Peluk horison pada cakrawala, begitu erat, pun pelukku, takkah kau rasa? Lihat bulir pasir yang berdendang, tak lelah mendekap samudra, setia pada pasang yang menyapa, bersama gemuruh riak, pun kasih yang teruntai antara kita, dingin dunia tak kan mampu melucuti hangat cinta yang kita rajut, ketika mentari tak lagi menghangat, ingat pelukku....
masih memelukmu, masih mendekapmu....
Â
Jakarta, 29/09/2015
Y_Airy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H