"Tapi bagaimana kamu bisa mendapatkannya?"
"Saat kamu bangun dari dudukmu, note itu jatuh karena kamu tidak meletakannya dengan benar di dalam tasmu. Karena penasaran jadi ku pungut saja!"
Aku mengkerut, "itu tidak sopan, harusnya kamu kembalikan ini padaku saat itu juga!" kesalku, dia malah tertawa, "mungkin itu rencana Tuhan!" sahutnya syahdu.
Dia kembali memungut tanganku, "Anggrek, sekarang ku kembali note itu padamu. Tapi sebenarnya kalau boleh, aku ingin menyimpannya!" katanya, ku putar bola mataku cukup lama, "dengan satu syarat!" seruku setelah itu. Dia tampak tenang, sepertinya sudah siap dengan semua syarat yang akan aku ajukan.
"Jangan pernah menyembunyikan apapun lagi dariku, kamu membuatku tampak bodoh selama ini. Setiap kali ku coba menyelami matamu, aku selalu buntu, dan kamu malah mampu membaca pikiranku yang mencoba mengingat apakah kita pernah bertemu sebelumnya sebelum pertama kali kita bertemu di depan hipermart!" kesalku tanpa jeda yang langsung di bungkam oleh telunjuknya.
"Aku sayang kamu!"
* * * * *
Kisah ini adalah cerpen kedua dari cerpen yang pernah saya publish di K, dengan judul "Catatan Kecil di Waiting Lounge"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H