Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Scratch

18 September 2015   23:35 Diperbarui: 19 September 2015   09:43 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Baiklah!"

Febi segera kembali ke rumah, Gilang sedang berlari ke lantai atas, ia berharap bisa menemukan balkon yang tak terkunci dan lompat. Tubuhnya sudah kena cakaran Desi beberapa kali, itu sangat sakit, seperti terbakar. Desi seperti kesurupan, siapa dia sebenarnya, atau...dia memang hantu? Gerakannya cepat sekali dan tidak sakit saat terkena hantaman, wajahnya juga sangat beringas.

Desi menggapai tubuhnya, menyeretnya dengan mudah lalu membantingnya ke lantai, itu membuat Gilang meraung. Belum sempat ia berdiri sebuah cakaran kembali ia dapat di dadanya. Lalu di susul dengan cakaran berikutnya, tetapi ia mencoba menghalau dengan menangkap tangan Desi,

"Desi sadar, kalau kamu memang masih hidup nyebut Des, nyebut....!" serunya, tetapi Desi malah semakin garang lalu berhasil kembali mencakar lehernya, tepat saat itu pintu depan terbuka. Gilang bisa mendengarnya, mungkin itu Febi.

"Febi tolong...., panggilkan semua warga dan para polisi?" teriaknya, tapi tak ada sahutan. "Febi, apakah itu kau?" teriak Hilang lagi, sekarang ia berhasil lolos dari Desi setelah menendangnya. Ia berlari turun dengan setengah terhuyung, ia memang berpapasan dengan Febi di tangga,

"Syukurlah kamu datang," katanya terbata, "mana warga lainnya?" suaranya terengah, Febi mendekat padanya perlahan. Setelah berdiri di hadapannya, ia tersenyum lalu mendorong tubuh Gilang jatuh ke bawah tangga. Tubuhnya bergulingan, dan mendarat di lantai, raungan dan erangan Gilang terdengar pilu, ia sudah cukup lemah, tapi ia tak mengerti kenapa Febi mendorongnya?

Febi kembali beejalan turun, Gilang merangkak mundur perlahan dengan kesakitan, "Feb, apa maksud semua ini?" tanyanya, Febi tersenyum.

"Kau terlalu banyak ikut campir Lang!"

"Apa?"

Terlihat Desi sudah berada di belakangnya dengan sangat menyeramkan. Gilang mulai mengerti, sepertinya Febi juga terlibat, "kenaoa Feb?" tanyanya,

"Kau ingin tahu kenapa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun