Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ketupat Lebaran

12 Juli 2015   11:08 Diperbarui: 12 Juli 2015   11:08 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perempuan renta itu sedang mengorek-ngorek bak sampah, menunggingkan tubuhnya untuk mencari sesuatu yang bisa di sulapnya menjadi pundi-pundi rupiah. Ia menarik dirinya dengan senyum sumpringah, menatap beberapa botol plastik di tangannya. Lalu iapun menaruhnya di kantong besar yang ia tenteng kemanapun.

Matahari sudah condong ke barat, tetapi kantong yang di bawanya masih kempes. Usianya yang renta membuatnya kalah cepat dengan pemulung lainnya yang masih muda, apalagi kondisinya yang sudah mulai sakit-sakitan. Ia terbatuk-batuk selama perjalanan, beberapa hari kemarin ia sudah libur memulung karena sakit. Dan akibatnya, cucunya itu tidak bisa makan karena kehabisan uang.

Mungkin, ini akibatnya menjadi pemulung yang jujur. Sudah dapetnya sedikit, juga di curangi terus sama penadah.

"Sudahlah nek, jangan pikirkan itu. Kalau lihat barang nganggur sikat saja, biar dapet duit!" seru salah satu teman pemulung yang masih lebih muda darinya.

"Saya ini memang cuma pemulung, memang miskin, tetapi saya tidak mau miskin di mata Allah!" jawabnya,

Ia berjalan gontai, pelan, selama perjalanan ia celingukan. Siapa tahu ia bisa menemukan sampah plastik, tetapi karena terlalu banyaknya pemulung yang ada terkadang ia sudah tak dapat apapun. Padahal ia terus saja mengingat rengekan cucunya yang ia sekolahkan di SD Negeri, untung anak itu pintar sehingga bisa di terima.

"Nek, aku pingin makan ketupat di hari lebaran nanti. Rasanya kaya' apa ya?"

"Nah...kamu kan pernah makan ketupat!"

"Bukan ketupat lebaran, kan beda!"

"Apa bedane to nduk?"

"Ketupat lebaran itu, kalau kita bisa bikin sendiri. Ada opor, ada rendang?"

"Lah....bikin itu semua emang nggak pake duit?"

Perempuan tua itu kembali mengaduk sampah ketika melihat bak sampah yang penuh, hanya mendapat beberapa dua biji yang sudah jelek. Sepertinya sudah di aduk oleh yang lainnya, matahari hampir tenggelam. Iapun memutuskan untuk pulang saja, semoga hasil hari ini bisa untuk beli makanan buat buka puasa. Cucunya yang baru 7 tahun itu pasti senang kalau bisa di beliin kolak hari ini, tapi apakah uangnya cukup? Sementara ia harus mengumpulkan uang untuk lebaran nanti agar bisa memenuhi keinginan cucu kesayangannya.

* * *

Cucunya yang di tinggal mati kedua orangtuanya saat masih bayi, membuatnya harus menanggung semua sendirian. Hanya bisa memunguti sampah untuk bisa menyambung hidup.

Setiap hari ia mengorek sampah, menyulapnya menjadi rupiah hingga malam lebaram tiba.

Malam itu ia merebus ketupat dan membuat opor ayam, bahkan ia saat ini sedang membuat rendang. Alhamdulillah, tadi siang ada dermawan yang memberikan sumbangan beruba daging mentah. Meski hanya setengah kilo, tapi baginya itu rezeki yang luar biasa Allah berikan padanya. Jadi ia bisa membahagiakan cucunya di hari lebaran.

Saat ini, gadis kecil itu sedang ikut takbiran keliling bersama anak-anak lainnya. Dia merengek ingin ikut sampai menangis.

"Nek...., Nek Surti....!" seru temannya berlari tergopoh ke gubuknya. "Nek...!"

"Ada apa Tini, kok kaya' di kejar setan saja!"

"Nisa nek, Nisa...!"

"Iya, Nisa kenapa?"

Perempuan paruh baya itu ngos-ngosan, "Nisa ketabrak motor!"

Derrrrr!

Seperti ada petir di malam yang panas ini, Nek Surti hampir saja roboh. Untung saja Tini menopang tubuhnya, merekapun berlari ke TKP. Tubuh Nisa di larikan ke klinik terdekat, nek Surti pun menyusul ke sana dengan airmata berurai kemana-mana.

"Maaf nek, tapi adik Nisa sudah tak bernafas ketika sampai kesini!" seru dokter yang berjaga malam itu.

"Nisa....Nisa.....!" nek Surti mengguncang tubuh cucunya, "bangun Nisa...., nenek sudah bikin ketupat sama rendang. Katanya kamu mau makan ketupat lebaran ini....bangun...., bangun Nisa....!" tangis Nek Surti menggema ke seisi ruangan itu, bahkan ke semua dinding malam lebaran yang di penuhi takbir.

* * * * *

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun