Novel sebelumnya ; Inheritance #Prologue
Liana duduk di ranjang seraya memeluk bantal, ia sudah mengganti pakaian pengantinnya dengan baju tidur. Ia masih tak percaya bahwa hari ini ia baru saja melangsungkan pernikahannya dengan Nicky. Ini seperti mimpi, ia tak pernah berfikir akhirnya Nicky memutuskam untuk menikahinya meski dia tahu apa yang terjadi pada dirinya.
Ia duduk termenung menunggu suaminya masuk dengan wajah cemas dan takut. Bukankah seharusnya ia bahagia karena impiannya untuk hidup selamanya bersama Nicky sudah terlaksana? Tapi sekarang ia justru takut. Apakah mereka akan bisa menjalaninya secara normal? Tanpa terasa airmatanya menetes di pipinya.
Ia sedikit tersentak ketika suara klil tanda pintu di buka membuyarkannya, iapun menoleh dan segera menyeka airmatanya. Nicky muncul dengan masih memakai pakaian pengantinnya, acara pernikahan mereka di laksanakan secara sederhana, hanya mengundang orang-orang terdekat. Sebenarnya William berniat membuat pesta dan resepsi yang meriah untuk membuatnya senang, tetapi ia menolak.
Nicky menutup pintu, mata mereka bertemu tapi Liana segera mengalihkan pandangannya padahal Nicky sudah memasang senyum lembut padanya. Jujur, itu membuat Nicky sedikit kecewa. Iapun masuk ke kamar mandi, Liana bisa mendengar suara kucuran air dari shower yang mengguyur tubuh Nicky. Uap dari air hangat yang mengembun di daun pintu kamar mandipun bisa di lihatnya. Tak berapa lama Nicky muncul dari balik pintu kamar mandi hanya mengenakan robe, ia mengeringkan rambutnya dengan sebuah handuk seraya berjalan ke ranjang dan duduk. Liana merapatkan diri ke ujung kasur, aroma segar sabun menyebar ke seisi ruangan. Nicky melempar handuk itu ke keranjang pakaian kotor dan melirik istrinya yang terlihat mempererat pelukan bantalnya, jantungnya berdegup begitu kencang tetapi melihat reaksi Liana membuatnya bisa memahami. Trauma itu masih terlihat jelas di mata istrinya.
Damn!
Ia memaki dalam hati, lalu menarik tubuhnya untuk merebah menatap langit-langit.
"Haruskan kau merasa setakut itu padaku?" keluh Nicky, Liana tak menyahut. Sejujurnya debaran di balik tulang rusuknya juga tak mampu ia kendalikan dan itu membuatnya semakin gugup.
"Tidurlah, sudah larut!" tambah Nicky seraya memejamkan mata, ia tak merasakan apapun. Sepertinya Liana masih diam.
Beberapa saat kemudian ia bisa merasakan gerakan Liana yang beringsut menaruh dirinya di sisinya, menciptakan jarak di antara mereka. Kesunyian menyelimuti, begitu dingin dan hambar. Liana memiringkan tubuhnya, memunggungi suaminya. Nicky membuka matanya dan melirik, ia bisa merasaka isakan kecil dari tubuh di sampingnya. Pundaknya sedikit berguncang, ingin sekali ia melingkarkan lengannya untuk memberikan pelukan yang menenangkan bagi istrinya. Tapiia justru takut untuk menyentuhnya.
Ini sudah terlalu lama dan kau belum melupakannya Liana?