"Aku baik-baik saja, tapi tidak denganmu!" serunya menyerangku dengan sebilah pisau runcing, untung aku lebih gesit menghindar meski lengan atasku tergores. Kulirik luka itu yang berdarah lalu menatap dia, "Bicth!" makiku membalas serangannya. Tak cukup sampai di situ, beberapa orang muncul dan membantunya menyerangku.
Sial! Â
Aku tertipu, harusnya aku tahu ini jebakan. Kini aku harus kewelahan melawan gerombolan ini sementara perutku meronta, aku tak ingat kapan terakhir kulempari makanan ke dalamnya. Aku benar-benar butuh sesuatu untuk sebuah tenaga, mungkin segelas air putih cukup. Tapi harus kudapatkan dari mana? Ah ... persetan dengan itu, aku harus bisa lolos bagaimana pun caranya. Tapi kini aku benar-benar butuh bantuan, darimana? Tempat ini sangat sepi, kenapa tak ada seorang pun yang lewat? Kurasakan tubuhku terpelanting dan terguling jauh. Sorot lampu yang mendekat membuatku menoleh.
Sebuah mobil melintas kencang mendekatiku, aku segera bangkit. Bunyi berdecit ban mobil itu terdengar sedikit nyeri di telingaku, mobil itu berhenti tepat di depan kakiku. Sebelum orang-orang itu berlari mendekati, aku sudah lebih dulu berpindah tempat duduk di samping sang pengemudi mobil.
"Hei, kau ini apa-apaan, keluar dari mobilku!" teriak gadis itu,Â
"Jalankan saja mobilnya jika kau tidak mau mereka membunuh kita!" sahutku.
"Kita?"
Aku menoleh ke arah mereka yang sudah mencapai mobil, "Jal - wow!" belum sempat kusuruh lagi dia, ternyata mobil itu sudah melaju dengan kecepatan tinggi, aku sempat tersentak saat dia menginjak rem tadi. Aku bernafas lega ketika menoleh ke belakang dan mereka sudah tak terlihat.
Kurasakan dia melirik, kami sudah mencapai kawasan yang sedikit ramai.
"Kau seorang penjahat?" serunya,
"Apa?"