Alisa memeriksa barang-barangnya ketika hendak meninggalkan sanggar, ia memungut hpnya dan memeriksa apakah ada pesan masuk atau telepon. Tapi siapa? Sejauh ini hanya Nadine dan Ridwan yang menghubunginya, apakah ia mengharapkan salah satunya? Tapi ia lebih berharap itu Nadine, tapi Nadine juga baru selesai sama seperti dirinya. Memang ada satu pesan.
Iapun membukanya. Â
Ridwan!
Ternyata bukan orang yang ia harapkan, iapun membaca isi pesan itu,
Bisakah kamu menungguku di panggung, aku akan datang satu jam lagi. Penting!
Alisa tertegun, Ridwan memintanya bertemu di panggung. Itu aneh, tapi dulu mereka memang suka menghabiskan waktu di sana pula. Apa yang penting sehingga dia meminta bertemu? Alisa akhirnya mengurungkan niatnya untuk pulang. Ia malah kembali berjalan ke panggung, menaruh tasnya di pinggiran. Ia melepas jaketnya, membiarkannya jatuh di dekat kakinya.
Nadine diam selama perjalanan pulang, Ridwan bilang setelah mengantarnya pulang ia akan segera pergi karena ada urusan penting. Hal itu menimbulkan seribu pertanyaan dari benak Nadine. Ia mulai curiga, siapa tahu saja Ridwan hendak menemui Alisa. Ia menyadari arah mata Ridwan dalam pementasan, dan itu bukan tertuju padanya melainkan Alisa. Nadine menggerutu. Apakah hubungan mereka sudsh tidak ada artinya lagi?
Ridwan meliriknya, ia tahu suasana hati Nadine sedang buruk sejak kejadian kemarin. Maka iapun memilih diam saja, jika ia mulai bertanya pada akhirnya mereka pasti akan bertengkar. Mungkin memang membutuhkan waktu untuk bisa memberitahukannya sebuah kebenaran tentang dirinya dan Alisa. Dan akan sampai kapan?
Alisa sedang menari di panggung, seorang diri. Dengan begitu ia bisa sedikit melupakan kegalauan hatinya saat ini, bahkan ia lupa bahwa sebenarnya ia masih di panggung itu karena sedang menunggu Ridwan.
Cheryl baru saja keluar dari gedung itu ketika mobilnya berpapasan dengan Ridwan, ia menoleh ke belakang lalu menghentikan mobilnya.
"Bukankah itu Ridwan?" desisnya, ia tahu kalau Alisa masih berada di sanggar karena ia melihatnya kembali naik ke panggung dan menari. Ia pikir Alisa sengaja latihan untuk pementasan akbar nanti, tapi rupanya dia sedang menunggu Ridwan. Sebuah senyum mengembang di bibirnya,