"Rose....., dengan Jerry?" desisnya, tapi Dika tak berusaha membuntuti mereka malah pergi berlainan arah. Sementara Sharon memasang wajah kusut selama perjalanan pulang. Ricky melirik dari spion tengah, "kamu kenapa?"
"Kak Ricky lihat sendiri kan, anak baru itu berusaha merebut kak Jerry dariku!"
"Memangnya kalian sudah jadian?"
"Selama ini kak Jerry nggak pernah menolak kalau aku minta di antar pulang tapi sejak anak itu masuk ke kampus kita.....kak Jerry jadi lebih sering sama dia!"
"Mungkin mereka hanya berteman!"
"Berteman?" cibir Sharon.
Mawar dan Jerry menyantap bakso di tempat langganan Jerry dan teman-temannya. Mereka diam selama menyantap makanan masing-masing tapi sesekali Jerry melirik gadis itu.
"Mawar?"
"Hem?"
"Apa kamu punya saudara?"
Mawar meletakan sendoknya, "kenapa?" tanyanya heran. "ya....nggak kenapa-kenapa sih, cuman....aku nggak tahu mau nanya apa!" sahutnya. Mawar tersenyum, "ada, mau aku kenalin....lagi nyari jodoh?" godanya. Jerry tertawa, "memangnya dia lebih cantik dari kamu?" balasnya.
"Nggak, dia ganteng!"
"Loh....kok ganteng?"
"Kakakku cowo,"
"Ah...nggak jadi deh, aku masih normal.... Lagian aku nanya bukan buat nyari jodoh, cuma pingin tahu aja!"
Mawar menyedot teh botolnya perlahan, "dari basket sama dunia lukis, mana yang jadi prioritas kamu?" tanya Jerry. "dua-duanya,"
"Bwt, kakak kamu kuliah dimana....atau....dia udah kerja?"
Mawar terdiam, menatap biji bakso yang hanya tinggal sebutir itu dalam mangkok berkuah. "eh....mungkin lain kali saja kita bahas!" pintanya. Jerry terdiam, ia merasa ada yang aneh. Sepertinya Mawar tidak mau membicarakan soal kakaknya itu, apakah ada sesuatu?
"Eh....., bagaimana kalau lain kali kamu jadikan aku modelmu dong.....!"
"Jadi modelku?" tanyanya mengangkat wajah, "iya, jadi apalagi?"
"Boleh, nanti kalau aku melukis soal cagar alam ya?"
"Loh....kok cagar alam?"
"Yang kusus bergelantungan itu....!"
"Aduh kamu tega sekalin masa' ganteng-ganteng ini kamu samain sama monyet!"
Mawar tertawa tapi Jerry menikmati tawa itu, sementara Dika sedang mengamuk dengan bolanya. Ia bermain basket seperti hendak membunuh seseorang. Jika di ganggu malah semakin marah, membuat semua temannya menjadi heran.
"Eh, ada apa sama Dika?" tanya Sam. "mungkin sedang patah hati!" sahut Awan, semuanya menoleh Awan, "patah hati....ha...ha....jangan ngaco, pacar aja nggak gablek dia!" seru Tata.
"Inget nggak, cewe yang waktu itu lihat kita latihan di pinggir lapangan?" seru Awan, "ya....!" seru semuanya kompak. "kemarin aku melihat Dika boncengan sama tuh cewe!"
"Hah, serius?" semua hampir tak percaya.
"100rius malahan, aku yakin tuh cewe yang lagi ganggu pikiran Dika!"
"Tapi bukannya Dika suka sama cewe pincang di masa kecilnya itu?"
"Namanya hati....siapa yang tahu!"
Ketika Dika berhenti bermain dengan nafas yang tak teratur semua temannya menghampirinya, "hai bro, ada apa. Galau?" seru Sam menyodorkan sebotol air mineral, Dika langsung menyambar dan mengguyur kerongkongannya dengan air itu. Ia berjalan ke pinggir lapangan lalu duduk di sana di ikuti yang lainnya.