Mawar berdiri di lapangan basket, berlatih sendiri karena sejauh ini timnya masih belum mau menerimanya. Apalagi hari ini pak Hari tidak masuk, saat menshoot bola ke ring Anita menangkap bola itu, mendriblenya beberapa kali dan dengan segera melemparkannya ke arah Rose. Karena cukup terkejut ia tak sempat mengelak hingga bola harus mendarat tepat di wajahnya. Tubuhnya jatuh terduduk, ia memegang hidungnya yang terasa panas. Kali ini bahkan mengalirkan darah, dan membuat kepalanya berputar.
Anita dan yang lainnya malah tertawa, "makanya kalau nggak bisa main itu jangan sok, lihat.....nangkap bola aja nggak becus. Pake mau jadi pebasket profesional, ngimpi jangan tinggi-tinggi....kalau jatuh sakit!" cibir Anita.
Mawar berdiri seraya memegang hidungnya, "terima kasih, lain kali aku akan hati-hati!" hanya itu sahutannya lalu pergi meninggalkan lapangan. Hal itu membuat Anita heran, kenapa anak itu tidak marah, malah bilang terima kasih? Itu membuat Anita semakin geram dan penasaran sejauh mana anak baru itu bisa bertahan.
Mawar membasuh wajahnya di kamar mandi, membersihkan darah dari hidungnya. Pada awal ia kembali menggeluti basket ia juga sering mengalami hal seperti itu, tapi kalau sekarang harus tiap hari di hantam bola, lama-lama mukanya bisa hancur!
Ricky dan timnya yang sekarang sedang latihan di lapangan, Mela dan Sharon duduk di barisan bangku paling depan untuk menonton.
"Malam minggu ini jadi kan kita pergi mancing?" tanya Mela, "tentu saja, tapi nanti jangan gangguin aku sama kak Jerry ya!"
"Buat apa gangguin kalian, kurang kerjaan tahu nggak. Paling-paling juga....hantu danau yang gangguin!"
"Ih....aku serius....!"
"Eh, memangnya....Jerry sudah nembak kamu?"
"Ehm.....!" Sharon tak menjawab karena sejauh ini Jerry memang belum pernah menyatakan perasaannya. "belakangan kak Jerry mulai sibuk sejak kerja magang!"
"Oya, kamu.....kenal yang namanya Mawar itu?"
"Kenapa?"
"Hari itu.....dia mengintip aku sama Ricky bermain musik, anehnya.....dia menatap kami dengan tatapan cemburu. Bahkan dia menangis!"
"Mungkin saja dia salah satu fansnya kak Ricky, tapi kamu jangan khawatir.....kak Ricky itu kan cuma cinta sama kamu. Tapi.....dia juga seperti cari perhatian gitu sama kak Jerry!" kesal Sharon.
"Ya....mereka memang terlihat dekat!"
"Nggak, pokoknya aku nggak akan ngebiarin dia merebut kak Jerry dari aku!" kesal Sharon.
*****
Mawar duduk di depan kanvas, tangannya menari membentuk sesuatu. Menorehkan guratan-guratan warna di atas kertas putih itu. Ricky yang kebetulan lewat berhenti sejenak dan menoleh, dari pintu yang terbuka ia bisa melihat gadis itu sedang melukis sesuatu. Dimatanya terlihat wajah Rose kecil yang sedang mencorat-coret kanvas dengan cat air menoleh padanya seraya tersenyum. Merasakan ada sesuatu Mawarpun menoleh, seketika wajah Rose menghilang dari matanya. Ricky segera mengalihkan pandangannya dan pergi dari sana, Mawar tertegun. Ia senang Ricky menatapnya seperti itu tapi ia sedih karena mereka hanya bisa saling mencari pandang saja, kerinduan yang tergurat di lubuk hatinya tak bisa ia curahkan, tak bisa ia lampiaskan. Ia menunduk seraya memandang tangannya yang sedang memutar-mutar kuas, kebiasaannya sejak kecil jika hatinya sedang kacau.
Mawar keluar dari ruangan itu, begitu keluar dari pintu ia di kagetkan dengan Jerry yang tiba-tiba ada di sana.
"Ha, kak Jerry!"
"Kenapa kamu keget begitu, memangnya aku hantu?" gurau Jerry dengan senyum di wajahnya tapi senyum itu hilang ketika melihat hidup Mawar yang membiru. "hidung kamu kenapa?"
"Ah....ini....!" katanya memegang hidungnya, "tadi kepentok pintu kak!"
"Yakin, kepentok pintu?"
"Iya, memangnya kenapa?"
"Mungkin saja......tidak apa-apa!" Jerry tahu gadis itu tak mau menceritakan hal yang sesungguhnya tapi ia yakin itu bukan karena kepentok pintu, mungkin dia di jaili lagi sama klub basket putri.
"Kenapa kak Jerry tiba-tiba ada di sini?"
"Eh....., kamu sudah makan?"
Mawar menggeleng, "nah....kebetulan, boleh aku traktir dong. Nggak keberatan kan?"
"Ehm......!"
"Ayolah, anggap saja sebagai tanda perkenalan kita!"
Akhirnya Mawar mengangguk juga, mereka segera menuju parkiran. Untungnya Jerry juga membawa motor bukan mobil. Sharon dan Ricky yang juga sedang di parkiran melihat keduanya berboncengan, Sharon menggerutu kesal karena tadi Jerry menolaknya ketika dirinya meminta di antar pulang katanya sibuk tapi sekarang malah boncengin cewe lain. Di luar gedung Dika menghentikan motornya ketika merasa mengenali dua orang yang mengendari motor, iapun menoleh menatap motor itu menjauh.