"Kalian tak apa-apa?"
"Kami membutuhkan pengobatan, terutama Sammy!" sahut Sharon. "dimana Danny?" tanya Jonan, "papa masih di dalam bersama orang itu, ku rasa papaku butuh bantuan!"
"Baiklah, Bagus!" seru Jonan pada salah satu anak buahnya, "kau bawa mereka bersama regumu keluar dari sini, pastikan mereka baik-baik saja!" perintahnya.
"Siap pak!"
Beberapa orang mengambil alih tubuh Sammy karena melihat kondisi Budi yang cukup parah, Sharon juga terlihat sedikit shok. Sementara Jonan tetap melanjutkan langkahnya masuk ke dalam.
Setelah keluar dari gedung itu, Sammy segera mendapatkan penanganan kusus, apalagi dengan apa yang di ceritakan Sharon tentang kakaknya itu. Sammy memang membutuhkan pengobatan kusus agar bisa kembali normal, sementara Sharon menghampiri Budi yang juga sudah tergelatak lemah.
"Apa kau akan baik-baik saja?" tanyanya.
"Jangan khawatirkan aku!"
"Kau yang membantu papa datang kemari kan, apa kau teman papa?"
"Teman....., he....he....itu terdengar tidak buruk!"
Ia kembali merintih, ada tiga peluru yang ternyata bersarang di tubuhnya. Di pundak, dada dan punggungnya. Membuatnya mulai kehabisan darah, wajahnya sudah semakin pucat. Matanya mulai sayu, "terima kasih, jika kau tak bersama kami. Mungkin saja.....!" Sharon teringat saat Sammy kembali menjadi buas dan hampir membunuhnya.