Chapther 14
Ridwan menelpon Nadine dan mengatakan ada meeting mendadak, jadi tak bisa menjemputnya ke rumah dan mengantarnya ke sanggar, tapi setelah itu ia malah menghubungi Alisa dan minta bertemu secepatnya.
Perlahan Alisa melangkah ke bangku panjang di sebuah taman, Ridwan sudah duduk di sana. Menunggunya. Sebelum Alisa sampai padanya, Ridwan sudah menoleh lebih dulu dan langsung berdiri.
"Aku tahu kamu pasti datang!" girangnya dengan senyuman, tapi Alisa malah menatapnya aneh. "kenapa pagi-pagi begini minta ketemu di sini?" tanyanya.
Ridwan memutar pandangannya ke sekeliling, "kamu tentu masih ingat, kita sering menghabiskan waktu di sini!" desis Ridwan, "itu dulu!" sahut Alisa sedikit dingin. Ridwan menatapnya, dalam. Ia menghela nafas dalam dan menghembuskannya sebelum kembali bersuara.
"Kamu sungguh ingin kita berakhir begitu saja?" tanya Ridwan.
"Bukankah hubungan kita memang sudah berakhir, saat kamu memutuskan untuk pergi. Saat kamu menerima Nadine dalam hidupmu!"
Ridwan terdiam, memandang lekat mata wanita di depannya. Ia tahu wanita itu juga masih mencintainya, dan mungkin justru memiliki cinta yang lebih besar dari miliknya.
"Bukankah kamu masih menginginkan aku, Alisa?"
"Mungkin....., aku memang masih menginginkanmu. Tapi jika kita tidak di takdirkan bersama, bukankah kita tak bisa memaksa!"
"Jika kita tidak di takdirkan bersama, kita tidak mungkin bertemu lagi!"