Part 20
"Oh....shit!" maki Budi.
Ia menoleh Danny sejenak lalu kembali menatap kotak berisi beberapa senjata lengkap di bagasi mobil itu, "apakah kita akan perang?"
"Mungkin!" sahut Danny, "yang jelas aku memelurkan beberapa di antara mereka!" Danny memungut sebuah senjata api lalu menyelipkannya di salah satu sepatunya, ia juga memungut dua yang lainnya dan menyelipkannya di pinggang. Tak lupa beberapa amunisi juga ia kantongi, sementara Budi hanya memungut dua yang menurutnya pantas untuk dirinya.
"Di sini apa tugasku?"
"Menemaniku, apalagi?" Danny menutup bagasi lalu keduanya menutupi badan mobil itu dengan dedauan dan ranting pohon yang mereka pangkas.
Sammy dan Sharon berjalan di giring oleh beberapa orang, tangan mereka amsih terikat kencang di belakang dan kepala mereka di tutupi dengan kain hingga mereka tak bisa melihat kemana orang-orang itu membawa mereka. Saat mereka tiba di suatu ruangan, penutup kepala mereka di buka. Lega rasanya bisa kembali bernafas dengan leluasa, keduanya memutarkan bola matanya ke seisi ruangan. Seseorang mendorong mereka lalu keluar dan menutup pintunya, menguncinya dari luar. Meninggalkan keduanya di sana.
"Dimana kita?" desis Sharon.
"I don't know!"
Sammy melangkahkan kakinya beberapa langkah seraya mengamati setiap sisi ruangan itu, sama sekali tak ada celah yang berlubang kecuali ventilasi kecil yang cukup tinggi untuk udara. Sharon merapat ke tembok lalu mendudukan dirinya di sana.
"Menurutmu papa akan menemukan kita di sini?"
"He shall found us!"
Anton menemui Ferian di ruangan pribadinya.
"Sebenarnya untuk apa kau menginginkan anak-anak itu hidup?" seru Anton, "aku memerlukan mereka untuk bisa mendapatkan Danny Hatta!"
"Kita bisa langsung saja menghabisinya!"
"Tidak, aku punya urusan yang belum selesai dengannya. Dan aku akan segera menyelesaikan itu, apa kau sudah menghubungi para calon pembeli?"
"Mereka akan datang besok!" sahut Anton meneguk minuman yang tadi di sodorkan temannya, "dengar, aku tidak peduli dengan urusan masalalu kalian. Yang jelas, aku tidak mau hal itu menghalangi tujuan kita!"
"Jangan khawatirkan itu, aku mau bertemu mereka!" seru Ferian membuka pintu lalu menghilang di baliknya.
*****