"Oya, Alisa....bagaimana kalau pulang dari sanggar nanti kamu main ke rumah aku?"
"Ke rumahmu?"
"Iya, kan aku sering ke rumahmu. Masa' kamu belum pernah ke rumahku!" keluhnya dengan sedikit manyun, "ehm....!" Alisa mengangkat sendoknya hingga ke dagu untuk berfikir sambil mengunyah, "ayolah!" bujuk Nadine menyenggol lengannya.
Alisa tersenyum, "ok, tapi mamamu tidak galak kan?" godanya, "beres....., mamaku memang tidak selembut tante Sinta, tapi mama juga termasuk mama terbaik di dunia!" sahut Nadine, "kalau begitu aku tidak perlu khawatir kan!" gurau Alisa. Keduanya tertawa bersama.
*****
Seperti yang sudah di rencanakan, Alisa bermain ke rumah Nadine. Ratna, mamanya Nadine juga terlihat menyukainya meski merasa ada yang mengganjal di hati.
"Maaf ya, tante belum sempat berbela sungkawa ke rumahmu. Habis....Nadine tak memberitahu tante sih kalau yang meninggal itu pemilik toko langganannya. Maklum dia memang sedikit pikun!"
"Ih mama, masa' aku di katain pikun!" protes Nadine, Ratna dan Alisa hanya tertawa kecil. Nadine keluar dari dapur seraya membawa tiga gelas minunan segar dan menaruhnya di meja, lalu ia pun ikut duduk.
"Tidak apa-apa tante, lagipula hampir tiap hari Nadine datang untuk menemaniku!"
"Jarang sekali loh Nadine itu cepat akrab dengan teman baru. Nyatanya dua tahun begabung di sanggar baru kamu teman dekatnya!"
Alisa hanya tersenyum. Sementara Ridwan sedang ada meeting di kantor tempat Ryan masih terikat kontrak, mereka bahkan sedang meeting bersama. Ridwan meninggalkan ruangan meeting setelah menyalami ketiga orang rekan bisnisnya. Tapi sebuah suara menghentikannya di depan lift.
"Pak Ridwan!" panggilnya, Ridwan menoleh ke arah anak muda yang berjalan bergegas ke arahnya itu. "iya!" sahut Ridwan. Ryan tersenyum lebar, "anda yang sering datang ke sanggar Madam Selfie untuk menjemput salah satu balerina di sana kan?"
"I-ya!" jawab Ridwan sedikit mengernyitkan dahi, "saya juga sering kesana dengan tujuan yang sama, tak di sangka ternyata kita sama-sama jatuh cinta pada seorang balerina di sanggar yang sama. Untungnya mereka wanita yang berbeda!"
"Oh....maaf, aku tidak terlalu memperhatikan siapa saja yang kesana, jadi...!"
"Tak apa, aku juga begitu. Hanya....karena aku sering melihat anda saja jadi aku ingat!"
"Oh, begitu!"
"Aku sangat senang karena kita bisa bekerja sama!"
"Aku yang merasa begitu, ku akui rancanganmu memang hebat. Kau sangat berbakat!"
"Ah, biasa saja!"
"Tapi maaf, aku sedikit terburu-buru!"
"Ou...tidak apa-apa, aku yang minta maaf karena telah mengganggu waktu anda!"
Cheryl memarkir mobilnya di basement, Ryan memintanya datang ke kantor entah untuk apa. Tapi katanya sangat penting, ia berjalan dengan anggun menyusuri tempat itu seraya mengarahkan pandangannya ke sekeliling dan menemukan sesuatu. Ia menghentikan langkahnya untuk meyakinkan apa yang di lihatnya.
"Ridwan!" desisnya, "untuk apa dia di sini?" sambungnya pada diri sendiri. Ridwan sedang berjalan menuju mobilnya, Cheryl pun bergegas menghampirinya.