Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Tempat Terindah #11 ; Ingin Aku Memelukmu

1 April 2015   06:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:42 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Ryan...!"
"Kamu mau lihat ke dalam?" tawarnya, "ayo!" lanjutnya menarik Cheryl melangkah ke dalam rumah itu. Rumah itu memang indah, seperti rumah impian. Cheryl hanya diam karena ia tak tahu harus bagaiman menanggapi semua ocehan Ryan yang sangat yakin bahwa mereka akan sampai di pelaminan. Padahal Cheryl malah membayangkan pria lain yang sedang menunjukan rumah itu padanya.

Sesampainya di rumah sakit, Alisa terkejut karena kondisi mamanya semakin melemah. Dokter Reza sedang memeriksanya di dalam. Alisa mengintip dari kaca kecil di pintu itu, Nadine di sampingnya sementara Ridwan sedikit menjaga jarak. Tak berapa lama dokter Reza keluar dengan wajah muram.

"Dok, bagaimana mama?" tanya Alisa,
"Kondisi mamamu menurun drastis, dia sudah sadar dan ingin bertemu denganmu. Tapi....jangan biarkan dia bicara terlalu banyak, takutnya itu akan membuat kondisinya makin memburuk!" pesan dokter Reza.

Alisa langsung berhambur masuk ke dalam, "dok, apa saya juga boleh masuk menemani Alisa?" tanya Nadine, dokter Reza memandangnya sejenak lalu mengangguk. Ia pikir Alisa akan membutuhkan teman untuk bisa menenangkannya. Nadine menyusul ke dalam.

"Ma!" desis Alisa.

Sinta tersenyum lembut pada putrinya, di lihatnya buliran bening yang menggenangi mata gadis itu. Ia mengangkat tangannya perlahan dan menyeka airmatanya. "jangan menangis sayang, mama baik-baik saja!" lirih Sinta. Alisa meyentuh tangan mamanya di pipinya, menggenggamnya hangat dan menciuminya. Nadine berdiri di samping Alisa, menyentuh bahunya.

"Kamu gadis yang kuat, jadi kamu tidak boleh jadi lemah!"
"Mama jangan banyak bicara, dokter Reza menyuruh....!"
"Sayang...., maafkan mama!" potong Sinta, "mama tidak sempat menjadi ibu yang baik buatmu, mama tidak memiliki banyak waktu-untuk bisa menemanimu!"

Alisa menggeleng, "nggak, mama akan baik-baik saja. Mama hanya perlu banyak istirahat!" serunya dengan isakan. "maafkan mama!"
"Berhenti minta maaf ma, atau aku nggak akan maafin mama!"

Sinta mencoba tersenyum meski ada linangan airmata di pipinya, ia menatap Nadine. "Nadine...!" desisnya. "iya tante!" sahut Nadine yang ikut menitikan airmata. "tante senang, kamu menjadi teman Alisa. Tante...titip Alisa ya!"
"Tante ini bicara apa? Tante jangan bicara seperti itu!"
"Berjanjilah...., kamu akan selalu menjadi teman Alisa. Tante akan bahagia jika kalian bisa terus bersama sebagai teman!"
"Tante jangan khawatir, aku tidak akan meninggalkan Alisa apapun yang terjadi. Aku akan selalu menjadi temannya, sahabatnya, bahkan saudaranya!"
"Terima kasih ya!"

Ridwan melihat dari kaca di pintu, hanya itu yang bisa di lakukannya. Seandainya Nadine tak ada di sana tentu saja ia akan masuk ke dalam dan menguatkan Alisa.
"Mama jangan bicara lagi, mama harus istirahat!" pinta Alisa.
"Mama sayang sama kamu, jaga dirimu baik-baik. Mama percaya....kamu gadis yang kuat, mama sayang sama kamu....maafkan mama!"

Ridwan masih terpaku di depan pintu, ia melihat Alisa memperdalam tangisnya saat Sinta menghembuskan nafas terakhirnya. Nadine memeluknya untuk memberinya kekuatan, kedua wanita itu menangis bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun