Part 19
"Apa! Jadi Danny belum dapat apapun di sana?" seru Karen,
"Tapi setidaknya kita tahu siapa orangnya, dan kita tahu dimana letak lab itu. Hanya....akan membutuhkan strategi yang matang untuk masuk ke sana!" seru Frans, "kita bisa minta bantuan aparat di sana kan?" timpal Karen.
"Kita tidak bisa bertindak gegabah atau Sharon dan Sammy yang akan celaka!" sambung Vincent, "sekarang nyawa mereka taruhannya!"
"Tapi kita tidak bisa diam saja seperti ini!" cemas Karen.
"Danny akan mencari jalannya, ku rasa kau lebih tahu dia!" timpal Frans, Karen menatapnya. Menyilakan rambutnya dengan jari lalu menaruh tangannya di pinggang, sedikit memutar tubuhnya. Ekspresi cemas jelas terlihat di wajahnya, iapun menghempaskan diirnya di sebuah kursi.
Ada keheningan dalam ruangan itu, "kami sudah menghubungi kepolisian di sana, juga markas TNI. Mereka akan menyusun rencana yang tepat sebelum menyergap!" seru Letnan Heru. "Pihak Departemen juga ikut ambil bagian, mengingat ini ada hubungannya dengan insiden belasan tahun lalu di saat Pak Johannes Martin masih berkuasa!"
Karen menoleh Letnan Heru spontan, "papa!" desisnya.
*****
Danny merangkul Jendral Jonan begitu mereka bersua, "hai kawan, di sangka kau harus kembali terseret kemari!" seru Jonan, "bagaimana pantauanmu?" tanya Danny, ia tak ingin berbasa-basi. Sekarang tak ada waktu untuk hal seperti itu.
"Lab itu berada di atas bukit, akses jalan ke sana bahkan di jaga orang-orang bersenjata lengkap. Beberapa spy yang aku kirim tak pernah kembali, sepertinya mereka menghabisinya!" jelas Jonan. "oh...shit!" maki Danny, "lalu kenapa selama ini kalian tak menyergap mereka saja langsung sebelum mereka bertindak sejauh ini?" kesalnya.