Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Price of Blood #Part 14

4 Maret 2015   17:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:11 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Part 14


Sharon melirik Danny yang sedang konsentrasi menyetir, tapi ia tahu angan papanya tidak sedang bersama mereka.

"Well....., papa sedang merasa bahagia!" sindirnya, Danny sedikit tersentak. Ia menoleh putrinya sejenak sebelum melempar pandangannya kembali ke depan. "apa yang papa bicarakan dengan Sammy tadi?" tanyanya.
"E....., urusan lelaki. Seperti katamu!"
"Jadi sekarang papa mulai menyimpan rahasia dariku, ok. Aku juga punya perbincangan rahasia dengan Karen!"

Danny menoleh, Sharon memperlihatkan ekspresi menantang tanpa menoleh. "apa itu?" tanyanya penasaran. "rahasia!" sahut Sharon. Danny mendesah, "begini, papa akan memberitahumu tapi kau harus memberitahu papa lebih dulu!" bujuknya.

"Ehm....!" Sharon memutar bola matanya seraya mengekus dagu, "nggak ah, jangan harap papa bisa membujukku!"
"Ok.....," Danny berfikir sejenak, "ingat liburan ke Australia yang papa janjikan, papa jadi berubah pikiran. Rasanya jika Sammy ikut itu akan menyenangkan!" rayunya. Sharon spontan menolehnya, "serius pa, kita akan liburan satu keluarga? Hem...kalau begitu papa harus menikah dulu dengan Karen!" sarannya.

Danny menolehnya seketika, "Apa!" serunya, Sharon melihat ke depan. "papa, wacth out!" teriaknya, Danny kembali melihat ke depan dan langsung banting setir karena hampir bertabrakan dengan mobil lain berlawanan arah. Itu adalah jalan dua arah.

"Sorry!" guman Danny, "papa hampir saja membuat kita terbunuh!" kesal Sharon. "itu tidak akan terjadi, aku tidak akan membiarkan kau mati di usia muda. Aku kan masih ingin punya cucu!" guraunya. "itu tidak lucu!" timpal Sharon.

Sharon melempar pandangannya keluar jendela, ia bisa melihat dari spion beberapa mobil di belakangnya. Tapi ada satu mobil yang rasanya sedari tadi di belakang mereka dengan sedikit menjaga jarak, sengaja membiarkan beberapa mobil mendahuluinya, padahal sebenarnya mobil itu bisa mendahului mereka.

"Papa!"
"Hem!"
"Papa lihat mobil BMW hitam di belakang kita?"

Danny melirik spion tengah, ia juga melihat spion di sampingnya. "kencangkan seatbeltmu!" suruh Danny, "sudah kencang!" sahutnya. Danny mempercepat laju mobilnya, kali ini ia harus bisa mendapat informasi dari orang ini.

"Apa orang itu teman dari tiga orang yang papa bunuh tadi siang?"
"Papa hanya membunuh dua!"
"Sama saja, yang mati tiga. Tapi apa yang sebenarnya mereka mau, soalnya dari nomor polisinya mobil itu tadi juga membuntuti taksi yang kami naiki!"
"Jadi dia membuntutimu sejak dari sekolah, kenapa kau tak memberitahuku?"
"Tak ada waktu, sepertinya mereka tak berniat membunuhku. Malam itu saat mereka mencegat kami, mereka hanya berusaha menangkapku bukan membunuhku!"

"Tapi mereka cukup berbahaya, harusnya kau cerita padaku agar aku bisa mengatasinya. Setidaknya kita bisa dapat informasi!" kesal Danny,
"Apa intel selalu seperti itu?"
"Apa?"
"Menyiksa orang!"
"Orang jahat, jika perlu."
"Jika orang itu tak menyerang kita, kita biarkan saja!" usul Sharon, "di biarkan, itu tidak akan terjadi. Aku akan menangkapnya lebih dulu!" protes Danny. Ia sengaja memancing penguntitnya sampai ke kompleks tempat tinggal mereka, karena di malam hari kompleks cukup sepi.

Tapi rupanya, itu tak sesuai rencana. Karena orang di dalam BMW itu melontarkan sebuah tembakan lebih dulu. Membuat keduanya kaget dan sedikit merunduk, "sial!" maki Danny."kau bilang mereka tidak berniat membunuhmu, coba lihat apa yang mereka lakukan?"
"Mana ku tahu, kenapa papa menyalahkanku!"

Ada dua orang di dalam mobil itu, salah satunya kembali membidik mobil Danny. Sebuah peluru menembus kaca belakang mobilnya. Sharon kembali merunduk, Danny menengok ke belakang lalu ia melirik putrinya.

"Kau tidak apa-apa?"
"Sejauh ini, ya. Apa sekali saja tidak ada yang tidak mencoba melubangi mobil kita?"
"Mungkin mereka ingin mati!" sahut Danny, ia mengeluarkan senjata apinya. Membuka kaca mobil dan menembak ke belakang. Terjadi beberapa kali baku tembak, dan sama-sama masih meleset.

Danny menoleh pada Sharon, "bisa kau ambil alih kemudi?" serunya, "apa, papa gila. Aku masih 12 tahun dan papa menyuruhku menyetir?"
"Kau sudah ahli kan," serunya berpindah ke belakang. Mobil itu jadi oleng, Sharon terkejut dan langsung meloncat ke balik kemudi. Mencoba mengendalikannya, Danny menghadap kaca belakang mobilnya dengan setengah sembunyi, mencoba membidik si pengendali mobil BMW hitam itu. Sebuah tembakan terlontar hingga membuat Sharon harus sedikit banting setir ke kiri, membuat Danny terpental.

"Kemudikan mobilnya dengan benar, atau kau tidak akan pernah mendapat SIM!" ancamnya, ia kembali ke posisinya. "papa cerewet sekali, ini juga sudah benar. Lagipula tidak akan ada polisi yang menilangku kan, kita berada di dalam kompleks!" sahutnya.

Danny masih mencari posisi, ia melontarkan tembakan dua kali. Dan....berhasil, kepala pengemudi BMW itu nampaknya tertembus pelurunya hingga mobilnya hilang kendali. Rekannya melihatnya sudah tak berguna, maka diapun membuka pintu mobil dan mendorong temannya yang sudah tewas itu keluar. Ia yang ambil alih kemudi sekarang, masih mencoba melemparkan tembakan balasan hingga pelurunya habis.

"Sial!" makinya membuang senjatanya. Ia mempercepat laju mobilnya untuk mengejar targetnya. Danny sudah berbalik menghadap ke depan ketika ada sesuatu yang menghantam mobilnya dari belakang. Ia menoleh begitupun putrinya, Sharon mencoba mempercepat laju mobilnya. Tapi mobil BMW itu berhasil mensejajarkan mobil mereka, ia menghantam bagian samping.

"Ah....!" jerit Sharon, "papa, bagaimana ini?" paniknya. Danny menghela nafas panjang, "menjauh dan berhenti!" suruhnya. "Apa!"
"Seperti yang kubilang, aku akan turun!" tegasnya.

Sharon mencoba menjauh dengan membelokan mobilnya dan melambat sementara BMW itu masih di kecepatan yang sama. Mobil Danny terhenti, ia membuka pintu. "tetap di dalam dan kunci!" serunya seraya meloncat keluar. Sharon melakukan apa yang di suruh papanya. Ia menengok ke arah papanya berada yang mencoba membidik mobil yang mulai melambat itu. Terlihat mobil itu berbalik dan melaju ke arah mereka. Sebenarnya Sharon mulai panik, ia takut mobil itu akan menghantam mereka. Iapun mulai menyentuh kunci kembali tapi ternyata mobil BMW hitam itu berhenti beberapa meter dari mereka.

Danny masih terlihat waspada, pintu mobil itu terbuka. Seseorang muncul dari dalamnya, memiliki portur tubuh yang tak jauh dari Danny, hanya sedikit lebih muda. Dari ekspresinya, ia mencoba menantang Danny. Danny pun menurunkan senjata apinya, menaruhnya di atas badan mobil.

Mereka bertatapan cukup lama sebelum akhirnya saling menyerang. Danny terpental oleh beberapa pukulan, rupanya orang itu cukup handal juga. Danny kembali bersiaga dan memasang kuda-kuda, orang itu menyerangnya lebih dulu dan Danny melawan, cukup sulit menjatuhkannya tapi akhirnya satu sama, orang itu terlempar ke bagian depan mobilnya sendiri. Dia tak mau kalah, segera bangkit dan memberikan serangan balasan.

Pertarungan itu cukup sengit, karena lawan Danny kali ini memang tangguh. Sulit sekali untuk mengalahkannya, Sharon hanya menonton dengan panik di dalam mobil. Di tengah pertarungan itu, sebuah city car hitam melaju dengan cepat ke arah mobil Danny dan berhenti di dekatnya. Salah seorang keluar melangkah ke arah mobil itu, karena panik memperhatikan papnya bertarung, Sharon tak menyadari kedatangan orang itu. Ia menoleh ketika kaca mobil di sisi lain pecah, seseorang berdiri di sana. Tangannya masuk untuk membuka kunci dan pintunya, Sharon menjerit.

"Ha....papaaaa!" belum sempat ia membuka pintu di depannya orang itu sudah keburu meraih tubuhnya, menariknya keluar. Ia menjerit dan meronta, "lepaskan...., papa....!" teriaknya.

Danny yang masih sibuk menoleh, ia mendorong lawannya dan mencoba berlari ke arah putrinya, tapi dengan sigap lawan bertarungnya ia merunduk dan menjagal kakinya hingga terjatuh. Danny tak peduli, ia menoleh ke arah putrinya kembali dan mencoba berdiri, "Sharon!" teriaknya. "papa....!" teriak gadis itu, tapi mulutnya di bungkam oleh tangan besar orang yang membawanya.

Lawan bertarung Danny menghantam tubuhnya dengan sebuah pukulan, mencoba menahan Danny untuk tak mengejar ke arah putrinya. Mau tak mau Danny harus melawannya, mencoba menjatuhkannya. Sharon meronta, ia menendang dan memukul-mukul orang yang menangkapnya, bahkan menggigit tangannya hingga dirinya terlepas. Tapi ada satu orang lagi yang menangkapnya, Gadis itu mencoba melawan tapi malah kena pukul. Seketika itu Danny menoleh karena mendengar teriaknya putrinya, ia melihat Sharon terpental ke badan mobil. Dan dua orang langsung menangkap tubuhnya, memaksanya masuk ke mobil itu. Gadis itu masih memanggil papanya untuk sebuah pertolongan, Danny masih sibuk dengan lawannya. Karena tak bisa konsentrasi maka dirinya yang terkena hantaman berkali-kali. Mobil itu melaju ke arah mereka, tapi melewatinya begitu saja. Danny mencoba mengejar tapi lagi-lagi ia di halangi oleh lawan bertarungnya itu hingga dirinya terpental ke belakang tepat ke badan mobilnya, senjata api yang ia letakan di atas mobil terjatuh ke kakinya. Danny melirik, ia segera memungutnya ketika orang itu berlari ke arahnya. "dorrr!" sebuah tembakan melesat dengan cepat, tepat mengenai dada orang itu dan membuatnya terpental ke jalan. Danny berlari untuk mengejar mobil yang membawa putrinya.

Ia berlari kencang, sebisa mungkin. Terlihat Sharon memunculkan diri di kaca belakang dan memanggil namanya meski tak bisa ia dengar, tapi seseorang membungkam mulutnya dan menariknya. Mobil itu semakin menjauh dan ia tak mampu mengejarnya dengan kaki. Hanya bisa melihat mobil itu menghilang oleh keremangan malam.

"Sharon!" desisnya, ada airmata yang mengambang tapi ia tak membiarkannya mengalir. Lama ia terpaku di sana sebelum kembali melangkah ke mobilnya dengan gontai. Orang yang tertembak tadi rupanya masih bernapas, ia mencoba merangkak. Danny melihatnya merangkak ke arah mobilnya, ia pun berjalan cepat dan memungut orang itu. Mendirikannya dengan cengkraman di bajunya.

"Kemana kalian membawa putriku?" geramnya, orang itu tak menyahut. Malah memberinya tawa ejekan, Danny langsung meninju wajahnya hingga berdarah. Masih memegangnya, "kau pikir itu lucu, aku tidak suka mengulangi pertanyaanku!" serunya meninjunya lagi beberapa kali hingga terpental ke jalanan kembali.

Danny mendekatinya, menodongkan senjata apinya. " katakan?" paksanya, tapi orang itu malah tersenyum sinis dengan tawa kecil, "fuck you!" umpatnya. Secepat umpatan itu terlontar maka secepat itu pula sebuah peluru menembus kepalanya.

Danny memandang mayat pria itu, pasti ada sesuatu yang bisa memberinya petunjuk. Ia pun memeriksa semua tubuh orang itu, ia menemukan hp dan dompetnya. Membuka identitasnya.

"Farell Oktavianus!" desisnya, siapa yang peduli dengan nama bajingan ini. Tapi....tempat tinggalnya, Aceh!. Danny langsung tertegun, bajingan ini berdomisili di Aceh dan kata Letnan Heru ada sebuah lab di aceh yang mereka curigai. Lalu ia membuka ponsel orang itu, tak ada nomor yang di save di phonebooknya. Panggilan keluar maupun masuk juga sudah terhapus, satu-satunya yang bisa ia caritahu dari ponsel itu adalah membawanya ke Polda. Di sana ia bisa melacak nomor yang pernah melakukan kontak dengan nomor ponsel itu.

Dan ada kemungkinan mereka akan membawa Sharon ke Aceh, atau..... Danny tersentak! Bagaimana jika Sharon akan menerima suntikan serum itu. Ini tidak boleh di biarkan! Ia segera masuk ke dalam mobilnya dan menuju ke Polda, ia masih ingat plat nomor mobil yang membawa putrinya. Sebelum terlambat ia harus segera melacaknya.

**********

The Danny Hatta Course Trilogi ;

# Price of Justice
# Price of Honor
# Price of Blood

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun