Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Melanie # 23

19 Juli 2014   16:33 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:53 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ryo yang masih menyukai Vera tentu saja langsung antusias tanpa curiga. Ia berjalan dengan girang ke taman belakang. Tapi saat ia sedang menunggu Vera di dekat sebuah kursi taman ada yang menyeretnya.

" Eh. Ei, apa-apaan nih!" teriaknya. Ricobdan Tomi membawanya ke belakang gudang, menyandarkannya di tembok.
" Loe kan yang bawa Melanie ke lapangan basket!"
" Cewe itu ngadu ke kalian!"
" Banyak omong loe!" seru Rico meninju wajahnya, membuat tulang hidungnya retak dan berdarah.
" Ini buat pelajaran ke loe. Jadi loe nggak suka main belakang lagi!" Rico dan Tomi menghajarnya, Ryo sempat melawan tapi ternyata, melawan mereka berdua saja sudah membuatnya babak belur. Tempo hari ia berhasil membuat Ben bonyok karena di bantu ketiga temannya.

" Loe dapet salam dari temen kita si Ruben!" kata Rico memberikan pukulan terakhir yang membuat Ryo terkapar. Mereka memang tak membuat Ryo terlalu babak belur, tapi mereka melepas baju dan celana seragam Ryo, hingga anak itu hanya mengenakan celana kolor saja. Setelah itu mereka mengikatnya di pohon.

" Gue bakal bales!" maki Ryo.
" Bales!" seru Tomi lalu tertawa, " denger ya temen-temen loe, satu persatu bakal ngalamin hal yang sama kaya' loe hari ini!" tambahnya.

Sementara anggota klub basket yang terlibat insiden kemarin semuanya mendapat skorsing dan terancam akan gagal ikut tournament tahun ini.
Seperti yang di katakan Tomi semua teman Ryo juga mendapatkan hal yang serupa seperti yang terjadi pada Ryo.

Anak-anak yang lain menertawai mereka, tak ada yang menolong sampai guru yang datang dan melepaskan mereka.

Ruben sendiri akhirnya pulang ke rumahnya, meski berat meninggalkan Melanie sendirian di rumah. Ia menyetir sendiri mobilnya padahal terkadang kepalanya sedikit pusing. Ia memasuki rumahnya dengan gontai. Saat itu mamanya memang sedang menunggunya pulang di ruang tengah. Wanita itu langsung saja berlari menghampirinya.

" Ben, akhirnya kau pulang juga. Kau tidak apa-apa kan?" cemas Erika.
" Nggak apa-apa kok, Ben mau mandi!" jawabnya berjalan ke kamarnya. Erika menbantunya naik tangga dan masuk ke dalam kamar.

" Kau itu harus banyak istirahat dan minum obat, bukan malah keluyuran!" omelnya. Erika mengambil handuk dan menaruhnya di kamar mandi, ia mengatur suhu airnya sampai hangat.
" Mau mama bantu?" tawarnya.
" Ben bukan anak kecil ma yang masih perlu di mandiin!"
" Tapi kau kan anak mama, tak perlu malu. Mama takut kau jatuh di kamar mandi!"

Aneh, kanapa mamanya jadi perhatian sampai berlebih seperti itu? Pasti akhirnya ada maunya.
Ben masuk ke kamar mandi dan mengunci pintunya. Erika keluar , ia ke dapur menyuruh mbok jah menyiapkan makanan.

" Den Ruben sudah pulang ya nyonya?"
" Ya, kau siapkan sarapan untuknya, nanti biar aku yang membawanya ke kamarnya!" suruhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun