Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Price of Honor (Part 10)

16 Agustus 2014   15:23 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:24 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Perlahan Ronald menoleh, ia tersenyum menatap Danny.
" Hai, lama tidak bertemu!" sapanya.
Danny menatapnya dalam dan garang. Bajingan tengik ini tak pernah berubah, dia selalu saja mencuri foto kegiatannya dan akan menulis berita yang tidak-tidak, seperti dulu. Danny melirik kamera yang tergantung di lehernya. Dari tatapannya Ronald tahu apa yang akan di lakukan pria itu. Maka ia pun bersiap lari, tapi dengan sigap Danny menarik bagian belakang lehernya, membuat Ronald tertarik ke belakang, Ronald berusaha melawan tapi ia tahu ia bukan lawan Danny Hatta. Ia pun terkena pukulan di wajah dan hidungnya. Membuat darah keluar dari lubang hidungnya. Ronald terpental ke tembok, Danny menghampirinya.

" Tunggu-tunggu!" seru Ronald menyetop Danny dengan tangannya.
" Aku akan menghapus fotonya, ok!" katanya.

Tapi tentu Danny tidak akan percaya dengan kata-katanya, ia memungut kamera itu. Ronald berusaha untuk mempertahankannya, Danny mengangkat tinjunya. Seketika Ronald langsung menyerah, dan membiarkan pria itu mengambil kameranya. Ia pikir Danny Hatta akan membanting kameranya seperti dulu saat dirinya memotret Danny berpelukan dengan istri seorang anggota dewan padahal saat itu sudah tersiar kabar bahwa Danny akan segera menikah dengan Karen Johana Martin, putri Menteri pertahanan yang menjabat saat itu, yaitu Johannes Martin.

Tapi kali ini Danny hanya mengambil memori cardnya saja, lalu membuang kamera itu ke arah pemiliknya. Ronald menangkapnya.
" Pergi dari sini, jika aku masih melihatmu akan ku patahkan lehermu!" ancamnya lalu berbalik dan meninggalkan tempat itu.

Ronald menghela nafas lega, untung saja Danny tak mengahncurkan kameranya. Meski memorinya sudah di ambil ia masih bisa mengambil foto, melalui hpnya. Tapi untuk sementara ia harus menyingkir atau hidupnya akan berakhir.

Danny kembali ke meja di mana Alicya duduk dengan masih mengisapi batang rokoknya. Danny melirik puntung rokok di atas piring, ada dua. Buset...nih wanita kuat juga merokoknya? Bangkrut nih. Danny kembali duduk.

" Kau lama sekali?"
" Tadi aku sakit perut ."
" O ya!" sahutny. Sepertinya Gadis ini tak percaya begitu saja.
" Sebaiknya kita kembali sekarang, jika tidak leherku bisa do gorok!" ajaknya.
Alicya tertawa lagi, ia menaruh sisa rokoknya di dalam gelas lalu berdiri.

**********

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun