Danny merogoh saku bagian dalam jasnya, gerakannya itu di nikmati oleh Alicya. Saat tangannya menekuk, otot di lengannya jelas terlihat meski terbalut kemeja putih dan jas hitam yang mewah. Membuat jantung Alicya berhenti berdetak. Danny menarik kembali lengannya, dalam sekejap sebungkus rokok sudah ada di depan mata Alicya, tergeletak di meja beserta koreknya.
Mereka duduk di meja yang berada di serambi kanan restoran, bagian itu di luar ruangan ber-ac, dindingnya hanya sampai sepinggang orang dewasa, jadi udara luar langsung berhembus meniup rambut mereka.
Alicya memungut bungkusan rokok itu, mengambilnya sebatang dan menaruhnya di sela bibirnya yang sensual dan berlipstik merah maroon, sangat macth dengan bluss merah maroonnya yang potongan bagian lehernya cukup rendah hingga garis dadanya bisa terlihat. Ia mengambil korek itu dan menyalakannya, menyulutkan api ke ujung rokok itu lali memadamkan apinya kembali. Meletakkan korek itu kembali ke atas bungkusan rokok. Ia mengisapnya dengan sangat lembut, kepulan asap mulai keluar dari mulutnya yang seksi itu.
Ia mengapit sebatang rokok yang ujungnya menyala merah itu di antara kedua jarinya yang lentik dan indah. Kuku-kukunya terawat cantik, kulitnya putih bersih bagai mutiara.
" Ibu Menteri akan menendang bokongku jika tahu aku memberimu sebatang rokok hari ini!" seru Danny. Alicya mengeluarkan tawa lagi. Lagi-lagi tawa yang merdu menggoda.
" Mungkin kau memang pantas untuk di tendang, apa istrimu sering melakukannya?" tanyanya seraya menjijing satu alisnya dengan gaya yang nakal tapi tetap berkelas.
Sekarang Danny yang tertawa, tawa yang renyah yang membuat Alicya ingin meraihnya.
" Terkadang!"
Alicya tersenyum, ia menaruh kaki kanannya di atas kaki kirinya, rok di atas lututnya berkerut sedikit naik. Menampakan kakinya yang indah. Ah...kaki Sarah lebih indah, meski tak semulus itu. Dan yang lebih indah lagi adalah cintanya.
Danny melirik keluar restoran, dari seberang jalan ada sosok yang mencurigagakan yang menarik perhatiannya. Seseorang bertopi hitam, dengan jacket jeans warna grey tampak mengamati dari kejauhan. Di tangannya ia memegang sesuatu, seperti sebuah kamera. Ia tak ingin membuat orang itu curiga.
" Maaf, boleh aku ke toilet sebentar!" ijinnya.
" Jangan terlalu lama, kita harus segera kembali!" pesannya.
Danny berdiri dari kursinya dan berjalan masuk, tapi ia tak pergi ke toilet. Sementara orang bertopi itu masih menunggunya muncul kembali, dan berharap Danny Hatta akan bersikap lebih mesra dengan wanita itu, agar ia bisa mendapat berita utama untuk besok pagi. Foto-foto itu pasti akan membuat Roni Sanjaya berhenti mengoceh dan memberinya bonus.
" Brengsek, kemana bajingan itu pergi. Kenapa tidak muncul-muncul?" kesalnya sambil berpegang tiang listrik yang ia gunakan untuk bersembunyi.
" Kau menungguku? Aku sudah di sini!" seru seseorang dari belakangnya. Ronald mengenal suara itu.
Damn! Makinya dalam hati.