Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sayap-sayap Patah Sang Bidadari ~ Inheritance # Part 5

10 September 2014   14:58 Diperbarui: 7 Maret 2016   00:36 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ayo, tak usah sungkan. Masuklah!" ajak William.
"Rahma, antar Liana ke kamarnya. Dia masih perlu banyak istirahat!" suruhnya pada pembantunya.
"Iya tn. Besar!" jawabnya, lalu menoleh ke Liana. "ayo non!" ajaknya. Liana mengikuti.

Wanita itu menuntunnya menaiki tangga dan memasuki sebuah kamar yang luas dan indah. Hampir seluas kontrakannya. Ada lemari besar yang menempel tembok, meja rias dan sebuah ranjang yang kelihatannya nyaman sekali. Liana masih diam mematung.

"Non di dalam lemari sudah di siapkan pakaian, kalau butuh sesuatu panggil saja saya!" katanya lalu keluar dan menutup pintu. Liana memutar matanya ke setiap inchi ruangan itu, ia melangkah perlahah dengan gemetar. Ia duduk di bibir ranjang, empuk sekali. Seumur hidup ia tak pernah bemimpi bisa tidur di ranjang yang seperti ini. Selama ini ia tidur di kursi yang keras tanpa alas, ia bisa tidur di mana saja asal sudah ngantuk dan cape.
Tanpa terasa airmatanya mengalir, apa arti semua ini. Selama ini ia hidup di jalanan yang keras dan kejam. Tiba-tiba sekarang ia mendadak terjebak di sebuah istana, dan kini hatinya mulai risau. Ini tidak akan mudah, dan sepertinya ini akan menjadi awal perjalanan barunya. Liana menghapus airmatanya, berjalan ke arah lemari. Membukanya, ia memungut sebuah handuk yang terlipat rapi. Terlihat banyak pakaian mahal di sana, pakaian yang dalam mimpipun ia tak pernah berharap memilikinya. Dan kini semua itu di siapkan untuknya. Liana menggelengkan kepala, menutup pintu lemari dan berjalan ke kamar mandi, mengguyur tubuhnya yang masih bau rumah sakit.

Nicky mengancingkan pergelangan kemejanya di samping ranjang, Ivana menghampiri dan memakaian dasinya. Wanita itu masih hanya mengenakan handuk, rambutnya juga masih basah.
"Secepat ini kau akan kembali ke kantor!"
"Aku ada meeting dan tak mau telat!"
"Aku masih merindukanmu!" manjanya sambil meletakkan tangannya di pundak pria itu. Nicky memang selalu di kejar-kejar wanita.
"Kau memintaku meluangkan waktu untukmu, sudah ku berikan. Apalagi!" jawabnya meletakkan tangannya di pundak Ivana, mengelusnya pelan. Kulitnya sangat lembut dan terawat, Ivana rutin merawatnya ke salon kecantikan.
"Kau tak mau mengajakku lagi makan malam di rumahmu!"
"Belakangan terjadi sesuatu, mungkin lain kali!" jawabnya. Ivana memasang wajah kecewa.
"Aku harus pergi sekarang, atau kau ingin aku kehilangan klien ku?"
"Tentu saja tidak!"

Nicky meninggalkan Ivana di dalam kamar hotel. Mereka baru lima bulan menjalin hubungan, Nicky tak pernah bertahan lama menjalin hubungan dengan wanita. Jika bosan dia pasti akan segera menemukan yang baru, meski sebenarnya sebagian pacarnya mencintainya dan tidak rela putus darinya.
Kembali ke kantor langsung di sibukkan lagi dengan banyak pekerjaan.

Liana keluar dari kamar, berjalan menuruni tangga. Ia seperti mendengar suara adik-adiknya, ia pun bergegas ke arah suara itu. Ketika sampai di ruang tengah, ia melihat kakek Willy sedang ngobrol dengan beberapa tamu, di sana juga ada ketiga adiknya. Rudi, Vita dan Adit.
"Rudi, Vita, adit!" panggilnya satu persatu.

Semua yang ada di dalam ruangan menoleh.
"Kak Liana!" seru ketiganya sambil berhambur ke arahnya. Liana menyambut mereka dengan pelukan.
"Kak Liana nggak apa-apa?" tanya Vita.
Liana melepas pelukan mereka.
"Kakak baik-baik saja, bagaimana kalian?"
"Kami baik kak, katanya....kami mau dapat orangtua lagi!" jawab Rudi.
Liana terdiam, ia berdiri dan membawa ketiganya kembali ke ruang tamu. William tersenyum padanya.
"Duduklah!" katanya.

Liana pun duduk, memandang beberapa orang yang ada di ruangan itu. Mereka juga memandangnya, Liana merangkul erat ketiga anak kecil yang menggelayut padanya. Anak-anak itu sudah seperti adiknya sendiri, dan kini mereka akan di adopsi oleh orang lain. Meski berat sekali, tapi jika itu untuk kebaikan mereka dirinya akan merelakan. Masa depan anak-anak itu lebih penting sekarang, ia tak mungkin akan membebani kakek Willy dengan meminta mereka tinggal di rumah ini juga. Semoga saja mereka yang akan jadi orang tua Vita,Rudi dan Adit adalah orang yang baik dan bertangung jawab jadi Liana tidak akan merasa bersalah melepasnya. Suasana hening, hanya detak jam dinding yang bersuara.

**********
Inheritance #Part 6

 ( Trilogi )
Sayap - sayap Patah sang Bidadari ~ Inheritance ( fisrt novel )

Tayang ; Senin, Rabu & Jum'at

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun