Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sebuah Cinta yang Terlarang # 10 ; Kado Misterius

26 September 2014   00:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:31 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Jesie duduk di depan meja belajarnya, ia sedang mengerjakan tugas sekolah. Tapi ia malah melamun dan senyum-senyum sendiri. Joni masuk menghampiri putrinya, ia heran melihat putrinya yang seperti orang stress.

Berdiri di samping Jesie.
"Wah...sejak kapan putri ayah jadi gila?"
"Ha!" sesis Jesie, ia menoleh ayahnya. "Ayah, tega bangat bilang anaknya gila!"
"Kenapa senyum-senyum sendiri?"
"Nggak apa-apa. Ayah kepo deh!"
"Kalau gejalanya sudah seperti ini....biasanya berbahaya!"
"Ha, berbahaya?"
"Pasti sudah mulai kenal cowo deh, huh...!"

Jesie menggaruk kepalanya, "E.... Ayah,!" serunya sambil berdiri dan mendoro ayahnya menuju pintu yang masih terbuka, "Jesie lagi ngerjain tugas, ayah keluar aja ya!"
Joni berpegang daun pintu.
"Makanya serius belajar, jangan mikirin cowo. Ntar jadi nggak pinter sekolahnya!" pesan ayahnya.
"Ayah cerewet deh!" serunya mendorong tubuh ayahnya dan menutup pintu.
"Huh....!" desis Jesie.

Axel sedang membungkus kado ketika Siska masuk ke dalam kamarnya. Melihat Siska Axel langsung menyembunyikan kadonya di laci dan berpura-pura sedang membaca. Siska mendekat.
"Apa itu?"
"Bukan urusan loe!" jawab Axel ketus.
"O-ya, kenapa kau tak bilang kalau besok aku harus datang ke sekolah?"
"Loe bukan nyokap gue, jadi nggak perlu dateng!"
"Xel, aku menyayangimu seperti anakku sendiri!"
"Sayangnya gue nggak butuh." seru Axel berdiri melangkah menuju pintu dan menbukanya.
"Keluar, gue lagi nggak mau di ganggu!"
"Tapi Xel,"
"Keluar!" teriaknya.

Siskapun beranjak keluar dari kamar Axel. Axel langsung menutup pintu dengan kencang. Ia kembali melanjutkan membungkus kadonya.

**********

Jesie memarkir sepedanya di tempat biasa, ia melihat sepeda yang kemarin di pakai Axel.

Axel pake sepeda?
Jesiepun menggelengkan kepala dan masuk saja, baru menginjak teras seseorang memanggilnya.
"Jes!"
Jesie menoleh, itu Antony.
"Loe udah nggak apa-apa?" tanyanya setelah di hadapan Jesie.
"Gue! Emang gue kenapa?"
"Soal kemarin itu...."
"Oh... Udah biasa lagi. Gue masuk dulu ya!" serunya beranjak duluan, padahal Antony pingin ngajak jalan masuk bareng.

Jesie memasuki kelas dan menaruh tasnya di meja. Reta sudah duduk sambil membaca novel.
"Pagi Re!" sapanya. Tapi Reta tak menjawab, hanya melirik dan malah keluar kelas.
"Re!" desis Jesie.
Jesie menaruh tasnya di laci, saat mendorong tangannya menyentuh sesuatu. Ia pun memungutnya, sebuah kotak dengan kertas kado bergambar hati kecil-kecil, di ikat dengan pita merah. Jesie celingukan.

Punya siapa ya? Masa' buat gue sih, siapa yang kasih?

Ia mengamati benda itu, membuka ikatan pitanya dan merobek kertas kado yang membungkusnya. Kotak warna merah, semakin membuat penasaran. Jesie membukanya perlahan sambil duduk, ada secarik kertas, ia pun memungutnya dan membacanya.

Be Shining just like this star

From A

Itu isi tulisannya.

A, siapa? Hanya ada dua orang yang cukup gue kenal dengan inisial A, kalau nggak Axel ya Antony!
Jesie melihat benda di dalam kotak itu. Cukup memukau, berkilauan. Sebuah kalung dengan liontin bintang. Indah sekali, itu seperti berlian. Tapi rasanya aneh jika seorang anak SMU memberi kado sebuah berlian. Jesie menutup kembali kotaknya lalu menaruhnya di dalam tas saja. Ia masih pensaran.

"Xel, belakangan kemana aja sih loe?" tanya Andra.
"Gue?"
"Beberapa hari loe nggak latihan band, di telpon nggak di angkat!" seru Radit.
"Gue nggak kemana-mana, lagi pingin di rumah aja!"
"Sejak kapan lo betah di rumah?" sahut Andra.
"Trus....tumben ke sekolah pake sepeda!" tukas Edo.
"Pingin aja. Masalah!"

Jesie mencari Reta hingga di dekat ruang osis, ia melihat Antony keluar dari ruang osis.
"Ton!" panggil Jesie.
Antony menoleh dan menghampirinya.
"Kenapa Jes, kelihatannya bingung banget?"
"Loe lihat Reta nggak, gue cariin nggak tahu kemana tuh anak?"
"Oh. Reta, tadi sih gue lihat dia keluar gedung tuh!"
"Keluar? Ya dah thanks ya." katanya sambil beranjak. Tapi Antony menahan lengannya hingga Jesie terhenti.
"Gue temenin ya!"
"Nggak perlu, gue cari sendiri aja!"
"Tapi....!"

Sara muncul.

"Ton, loe udah di tungguin tuh sama anak-anak panitia!" serunya.
"Tuh. Loe sibuk kan!" seru Jesie melepaskan diri dan berjalan pergi. Sara menatapnya kesal.

Lihat aja Jes, kalau loe masih deket-deket sama Antony!

Jesie mengendarai sepedanya untuk mengejar Mareta, ia masih bisa melihat mobil merah itu. Mengayuh sepedanya lebih kencang lagi hingga bisa mendahului mobil Reta yang melaju pelan. Karena sedikit nggak konsen jadi Reta nggak nyadar kalau Jesie mengejarnya. Ia kaget ketika tiba-tiba Jesie dan sepedanya sudah ada di depannya. Ia pun mengijak rem dengan kencang dan dadakan. Untung nggak sampe nabrak. Ia segera keluar dan menghampiri Jesie.

"Jes, loe ngapain sih? Sengaja mau cari mati."
"Re, loe kenapa sih?" tanyanya turun dari sepeda, "loe marah nggak jelas gini sama gue?"
"Nggak jelas. Gue punya alasan buat marah!" jawabnya.
"Ya udah, kasih tahu gue apa alasannya!"
"Gue nggak suka loe deket sama Axel!"

Heah....
Jesie jadi bingung.
"Re, gue nggak ngerti deh. Gue lihat loe nggak suka gue deket sama Antony makanya gue dikit jauhin dia. Sekarang loe bilang loe nggak suka gue deket sama Axel, yang loe suka tuh siapa?"

"Loe!"
"Apa!"
"Gue suka sama loe Jes." tegasnya.

Jrenggg!
Reta suka sama gue?

"Maksud loe Re?"
"Dulu....gue selalu di sakitin sama cowo dan gue udah bosen? Gue nggak mau lagi suka sama cowo!"
"Tapi Re, nggak harus kaya' gitu."
"Gue tahu....loe nggak suka sama gue lebih dari teman. Tapi....gue suka banget sama loe, loe tuh beda dari orang lain. Loe tuh bukan cowo, tapi terkadang...loe juga nggak kelihatan kaya' cewe!"

Celeguk!

Jesie menelan ludah. Axel juga bilang gitu, katanya dirinya bukan cewe. Wuaduh.... Kalau begini jadinya... Gawat dong! Jesie menggaruk kepalanya. Mereka masih berdiri disana, berhadapan. Mareta menatapnya dalam dan lembut sementara Jesie sedang bingung harus bagaimana.

*****

Jesie berdiri di telaga seperti biasa, memikirkan semua perkataan Reta soal perasaannya. Baginya Mareta adalah teman baiknya, ia tak pernah berfikir kalau Reta punya penyimpangan. Mungkin juga bukan penyimpangan, mungkin dia hanya merasa tak ada cowo yang beneran suka padanya. Ia yakin kalau Reta masih normal, masih bisa suka sama cowo nantinya. Jesiw memunguti batu - batu kecil dan melemparnya ke telaga.

Sara sedang menuju toilet ketika ada seseorang yang menyeretnya dan menyandarkannya ke tembok.
"Axel!" desisnya.
Axel menatapnya tajam.
"Gue nggak suka loe gangguin Jesie!"
"Ma-maksud loe apa?"
Axel malah mengantamkan tinjunya ke arah Sara, seketika Sara memejamkan mata dan memiringkan kepalanya. Sebuah hantaman mengenai tembok, Axel memang tak berniat meninjunya beneran. Sara membuka mata perlahan dan menatap Axel yang terlihat marah padanya.
"Kalau loe gangu dia sekali lagi, gue nggak segan-segan bunuh loe. Ngerti!" gerutunya lalu pergi.

Sara masih diam di tempatnya, nafasnya tak teratur. Sepertinya Axel tak main-main.

Sial! Kenapa sekarang Axel malah peduli banget sih sama Jesie, bukannya dia nggak suka sama Jesie? Brengsek, gue harus cari cara lain.

Axel keluar dari sekolah, karena hari ini hari bebas. Ia menghilang saja dari sekolah, yang penting sudah absen, biasanya kalau ada hari seperti ini ia tidak akan masuk sekolah. Itu karena Jesie saja ia masuk, tapi...dia malah belum ketemu sama Jesie tuh. Padahal ia penasaran banget apakah Jesie suka atau nggak sama kadonya. Kata salah seorang anak tadi Jesie nyariin Reta. Biarlah urusan cewe.

**********

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun