Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sebuah Cinta yang Terlarang #24 ; Cinta Kita Nggak Seharusnya Ada

15 Oktober 2014   13:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:57 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang terjadi, kenapa putrinya bisa jadi seperti itu? Jesie tak pernah seperti ini sebelumnya. Ternyata putrinya benar jatuh cinta pada pemuda itu dengan begitu dalam sehingga kenyataan tentang Ibunya membuatnya begitu terpukul. Isakan tangis putrinya terhenti saat tubuhnya terkulai. Joni begitu terkejut.

"Jes, Jesie!" desisnya, ia melepas pelukannya. Putrinya pingsan, ia segera menaruhnya di ranjang dengan benar. Membenahi rambutnya yang berantakan, ia segera mengambil minyak kayu putih dan menciumkannya di hidung putrinya. Beberapa detik Jesie mulai bergerak, Joni lega karena putrinya tak apa-apa. Perlahan Jesie membuka matanya yang bengkak, ia melihat ayahnyabdi sampingnya.

"Istirahatlah sayang, ayah sedang membuat minuman hangat untukmu. Coba tenangkan hatimu!" lirih Joni sambil membelai rambut Jesie. Gadis itu masoh diam tak bereaksi, ia hanya menjawab dengan kedipan mata saja.

"Jika nanti kau ingin bicara, ayah siap mendengkarkan sebagai teman yang baik. Maafkan ayah!" desisnya lagi. "Ayah ingin kau kuat, putri ayah adalah gadis yang kuat. Jadi ayah mohon, jangan seperti ini!" pintanya, ada airmata di ujung matanya. Joni beranjak keluar, ia sengaja tak menutup pintu dengan rapat, ia biarkan terbuka sedikit.

Joni kembali berjalan ke dapur melanjutkan apa yang dia kerjakan. Ia juga menelpon Siska kalau Jesie sudah pulang dan memberitahukan keadaannya. Ia meminta Siska untuk sementara jangan menemui mereka dulu sampai keadaan Jesie membaik. Setidaknya hingga putri mereka bisa menerima keadaan ini.

Axel sendiri menghabiskan waktunya di studio bersama teman-temannya. Tapi ia tak bicara sama sekali kecuali bermain gitar sebentar, karena sedang kacau ia pun melepas gitarnya dan memilih memukul drum. Ketiga temannya heran kenapa dengan Axel. Ia bermain drum seperti ingin menghancurkan seisi tempat itu. Pada akhirnya ia membanting stik drumnya dengan kencang lalu memegang kepalanya.

Kedua anak muda itu sama-sama tak tahu harus bagaimana sekarang. Begitu banyak yang terjadi, begitu banyak yang sudah di lalui, dan apakah mereka akan membiarkan semua berakhir begitu saja? Lalu bagaimana dengan cinta yang tumbuh di hati mereka, cinta yang tumbuh begitu murni. Akankah di biarkan karam begitu saja? Atau justru akan tetap di perjuangkan.

**********

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun