*****
Rey duduk di kursi menghadap laptop di atas meja yang ada di kamarnya. Ia baru saja mengirim sebuah file via E-mail kepada seseorang. Beberapa menit kemudian hp di meja berbunyi, ia segera mengangkatnya. Ia mendengarkan orang itu berbicara.
"Itu sudah yang terakhir aku berikan padamu. Dan aku tidak akan memberikan kebocoran apapun lagi!"
"Kau ingin membatalkan perjanjian kita?"
"Persetan dengan itu semua. Kalau bukan karena Bobby aku juga tak mau berhubungan denganmu. Kau pikir aku akan benar membiarkan kau menghancurkan perusahaan itu!"
"Rey....!"
"Damn Ferhan. Aku tidak peduli dengan perjanjian kita, setelah ini kau urus saja semuanya sendiri. Aku juga akan mengurus bagianku!"
"Kau tidak bisa mundur begitu saja."
"Aku tidak mundur, yang aku inginkan hancur adalah Nicky bukan Harris Group. Kau pikir aku tak bisa melakukannya tanpa mu, kau salah!" serunya menutup teleponnya dan membantingnya ke meja.
"Ferhan, lihat saja nanti. Aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri jika kau benar ingin menghancurkan perusahaanku!" geramnya.
Malam semakin larut, rumah sakit sudah terlihat sepi. Hanya beberapa satpam dan perawat yang jaga malam yang sesekali lewat. Di depan ruangan Daren hanya ada dua polisi yang berjaga, sementara Brian dan Andre memantau dari ruang kontrol komputer cctv bersama seorang petugas yang memang menjaga ruangan itu.