Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sayap-sayap Patah Sang Bidadari ~ Inheritance #Part 19

17 Oktober 2014   18:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:40 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Untuk apa mama tanyakan itu padaku? Yang pacaran dengannya kan mama."
"Ku lihat kalian bertemu beberapa kali, mungkin kau kenal dengan bosnya!"
"Memangnya kenapa?"
"Belakangan dia tak pernah angkat telepon mama!"
"Oh, cuma itu. Mungkin dia punya pacar yang lebih muda."

Lisa melotot pada putranya.
"Kau bukannya membantu mama, malah sengaja membuat mama cemburu!" kesal Lisa.
"Mama tidak bernita menikah dengannya kan! Aku tidak mau bajingan itu menjadi ayahku." serunya seraya beringsut keluar rajang. Ia hanya memakai celana pendek seatas lutut.
"Mama tidak berfikir sampai ke sana. Tapi setidaknya dia cukup memberi mama perhatian!"
"Daripada memikirkannya, lebih baik mama buatkan kopi untukku!" serunya seraya memasuki kamar mandi.

Lisa pun beranjak keluar dari kamar putranya dan turun ke dapur. Seperti biasa di dapur sudah ada gadis jalanan itu.

"Pagi tante!" sapa Liana.
Lisa langsung memungut cangkir dan menyeduh kopi Rey. "jangan memanggilku tante, aku bukan tantemu!" ketus Lisa.
"Maaf, kalau tante tidak suka!"

Baru di bilang jangan memanggil tante.

"Aku memang tidak suka padamu. Kulihat Rey mulai memperhatikanmu, tapi jangan harap dengan begitu aku juga bisa suka padamu. Kau pintar mengambil perhatian semua orang, tapi tidak denganku!"
"Maaf, maksud tante apa?" katanya berhenti memotong sayur untuk salad.
"Jangan pura-pura polos, kau pikir aku tidak tahu apa niatmu di rumah ini!" serunya lalu berjalan keluar dapur membawa kopi Rey.

Liana terdiam. Lisa terang-terangan menyatakan tak suka dengan keberadaannya di rumah ini.

Daren sudah bisa keluar dari rumah sakit, bahkan dia juga sudah boleh pulang. Tapi akan sangat berbahaya jika Daren kembali ke apartemennya dan tinggal sendiri di sana. Maka Nicky memutuskan agar Daren ikut ke rumahnya saja dan tinggal di sana untuk sementara waktu. Pengamanan di rumahnya lebih ketat jadi akan lebih aman. Setelah mengurus semuanya mereka pun meninggalkan rumah sakit.

"Aku pasti akan merepotkan jika harus tinggal di rumahmu!" desis Daren, kepalanya masih di perban.
"Aku bertanggung jawab atas nyawamu, di sana lebih aman." jawab Nicky.
"Lama-lama rumahmu bisa jadi tempat penampungan!"

Nicky tertawa kecil, "itu masih rumah kakek, ku rasa dia tidak akan keberatan jika rumahnya jadi wisma penampungan!" sahutnya lagi.
Andre sendiri kembali ke apartemen Daren untuk mengambil motornya. Pihak apartemen sudah di beritahu tentang Daren dan kejadian yang menimpanya. Semoga perjalanan Daren dan Nicky aman sampai rumah.

Nicky masih memikirkan bandit yang hampir membunuh Daren untuk kedua kalinya itu. Jika di pikir-pikir, gestur tubuhnya kok mirip dengan Burhan ya? Sialnya orang misterius itu menggunakan suara yang sengaja di bikin sangar jika sedang beraksi. Sedangkan Burhan bisa berbicara lembut jika berhadapan dengan semua orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun