"Kau ingin tahu seberapa brengsek mereka, akan ku tunjukan padamu!" geramnya.
Sebelum Liana sempat berkomentar, Nicky sudah lebih dulu membungkam mulutnya. Dengan apa? Lagi-lagi dengan sebuah ciuman, ciuman yang lebih memaksa dari sebelumnya. Lebih ganas dan lebih menyakitkan. Liana meronta, tapi tangan Nicky di belakang kepalanya semakin kuat menahannya, begitu pun cengkeraman di lengannya. Tangan bebas Liana mencoba mendorong tubuh pria itu, tapi kekuatannya tak sebanding dengan amarah yang keluar dari Nicky.
Jauh di dekat pintu belakang Rey menggerutu dan mengepalkan tinjunya menyaksikan hal itu. Ia baru pulang dan mencari Liana ke kamarnya tapi tak ada, jika tidak di kamar gadis itu pasti di belakang rumah. Maka ia pun ke sana, tapi sesampainya di sana ia malah menemukan Liana sedang berpelukan dengan Nicky. Bibir mereka menyatu. Rey meremas kotak kecil berwarna merah di tangan kanannya, ia berniat memberi gadis itu sebuah hadiah kecil. Tapi saat ini, Liana sedikit membuatnya kecewa karena tak menolak Nicky. Lalu kenapa sore tadi dia juga tak menolak ciumannya?
Tidak, aku tidak akan membiarkan kau menang dalam segala hal, Nicky. Dia milikku, dan semua yang ada di sini milikku, hanya milikku!
Rey kembali masuk ke dalam.
Nicky melepaskan Liana, masih menatapnya.
"Kau suka itu!" desisnya.
PLAKK!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiri Nicky. Membuat wajahnya terlempar ke samping, Mata Liana mulai berkaca-kaca. Ia memandang Nicky tajam lalu berlari masuk ke dalam. Nicky masih terdiam di sana.
Ia menyadari apa yang baru saja ia lakukan, ia tahu ia tak suka Liana pergi dengan Rey. Jika dirinya memang cemburu tak seharusnya ia berbuat seperti itu terhadap Liana.
CEMBURU!