Di dalam Pesawat.....
Sammy duduk di dekat jendela, menerawang awan-awan putih yang betebaran. Pun kabut ikut menyelimuti angkasa. Sang Ibu duduk di sampingnya sambil membaca majalah.
"Kau puas sekarang, semoga saja Vincent cepat menemukan rumah untuk kita!"
"Who is him?"
"Your uncle, untuk sementara kita tinggal di rumahnya!"
"Anywhere!"
"Pertama aku akan mencarikanmu sekolah yang mungkin lebih ketat, agar kau tak membuat banyak masalah,"
"Aku punya pilihan sendiri."
"Dan dimana itu?"
"ACG International School,"
Sang Ibu menutup majalah dan menoleh padanya, Sammy membalas tatapan mamanya.
"No, I not allow you!"
"Why Mom? I want be there!"
"No Sammy!"
"Ok, Aku tidak akan pergi ke sekolah manapun!"
"Sammy!"
Sammy membuang muka ke depan dan menghempaskan tubuhnya ke sandaran. Sang Ibu menatapnya, ia tahu tujuan putranya memilih sekolah itu. Dan memang itu yang tak di inginkannya, tapi ia juga tahu sifat Samny sangat keras dan teguh dengan keinginannya, sama seperti ayahnya. Wanita itu menghela nafas lalu menjawab pelan,
"Ok, but I will you to promise me that you would never make any ....."
"I'm promise!" potong Sammy sambil menoleh mamanya.
"Good!" wanita itu kembali membuka majalahnya,
"Thank you, Mom!" desis Sammy, mamanya hanya mengangguk tanpa menoleh.
*****
Danny membolak-balikan badannya berkali-kali, ia sungguh tak bisa memejamkan mata. Ia pun bangkit dari pembaringannya, gara-gara peristiwa kemarin siang kini ia mulai mengmhawatirkan keselamatan Sharon. Ia pun meluncur dari ranjangnya dan berjalan keluar kamar. Menghampiri kamar putrinya, ia membuka pintu perlahan agar tak membuat Sharon terjaga. Danny menghampiri ranjang putrinya, memandang sekejap gadis yang terlelap itu sebelum menaikan dirinya di sisinya dan berbaring lalu memeluknya.
Sharon terjaga dengan sentuhan sang papa, ia membuka mata dan menoleh.
"Papa!" desisnya,
"Bolehkah papa tidur di sini?" tanya Danny meminta ijin.
"Kenapa sekarang papa yang takut tidur sendiri?"
"Mungkin papa sudah mulai jadi penakut!" jawab Danny,
"Papa tahu...., jika teman sekolahku tahu aku masih tidur dengan papa, mereka akan menertawakanku!"
"Dan kau akan menghajar mereka semua!"
"Sudah pasti!" tegas Sharon. Danny hanya menyunggingkan senyum, "tidurlah, besok harus bangun pagi!"
"Papa yang menggangguku!"
"Ok, aku minta maaf!"
Danny mengencangkan pelukannya, "papa, ada apa?" tanya Sharon, ia mulai tumbuh dewasa. Sudah bisa membaca kegelisahan sang ayah.
"Papa hanya merindukan mamamu!"