Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Belenggu Musim Dingin

7 Januari 2015   15:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:38 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Apa ini?" tanyaku dengan suara bergetar, "maukah kau menikah denganku, menjalin hubungan yang lebih suci!" serunya. Ku tatap dia, sekali lagi dengan tatapan tak percaya. Apakah ini mimpi, dia mengajakku menikah? Mataku mulai menghangat lagi, dan butiran bening mulai meluncur deras membasahi pipiku.

"Kau pasti bercanda?"
"Aku ingin kau jadi istriku," desisnya seraya menyeka airmataku, "jadi ibu dari anak-anakku, kita bisa membangun keluarga kecil yang bahagia. Jauh dari dunia yang kejam ini!"

Langsung ku robohkan diriku padanya, menangis sedalam-dalamnya. Bukan karena bersedih, tapi karena haru dan bahagia, kebahagiaan yang ku pikir tak akan mungkin bisa aku miliki.

*****

Saat memasak makan malam aku kehabisan beberapa bahan, terpaksa ku tunda dan aku harus turun untuk pergi ke supermarket membeli beberapa bahan makanan. Saat hendak membayar, antriannya panjang sekali, mengantri bayar saja hampir setengah jam. Huh...., pasti Darma sudah sampai di apartemen, bagaimana ini? Apa dia akan marah karena aku tak ada di tempat dan makan malam belum siap?

Akhirnya kelar juga....., gerimis mulai deras dan akhirnya melebat ketika aku sampai di lobi apartemen, aku segera naik ke atas. Tapi ketika aku sampai dan masuk ke dalam yang pintunya sudah tak terkunci. Dia memang membawa kunci cadangan tapi biasanya pintu selalu di kunci. Aku tertegun dan barang bawaanku berhamburan ke lantai ketika ku lihat tempat itu berantakan. Seperti ada perampok yang mengacak-acak tempat itu. Aku pun berlari di antara barang-barang yang berhamburan seraya menyerukan nama Darma. Ku lihat ia tergeletak di dekat meja bersimpah darah. Dadanya berlubang dan sebuah pisau menancap di perutnya. Ia masih bernafas, ku hampiri dia dan ku pangku kepalanya dengan deraian airmata.

"Apa yang terjadi?" tangisku.
Darma membuka mulutnya tapi tak sepatah katapun keluar, ku lirik pisau yang menancap di perutnya. Ku raih dan ku cabut dari tubuhnya setelah itu ku buang begitu saja.
"Akan ku bawa kau ke rumah sakit!" serunya. Ia menggeleng pelan, "Susi....." desisnya lemah, aku masih menangis, hanya itu yang bisa ku lakukan. Ia meraba wajahku dengan tangannya yang merah karena darah. "ma-maafkan- a-ku!" katanya lalu tangannya terkulai. Ku dengar sirine mobil polisi mendekati tempat itu. Dia menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuanku, beberapa saat kemudian. Aku sudah berada di balik terali besi, di sebuah ruangan pengap. Aku tak tahu siapa yang membunuh Darma tapi akulah tersangkanya, sidik jariku menjadi satu-satunya yang berada di pisau itu dna sidirk jarinya berada di senjata api miliknya yang tergelatak tak jauh darinya. Tak ada seorangpun yang tertangkap kamera di setiap koridor apartemen yang menjadi tersangka. Sampai saat ini pun aku masih tak tahu siapa yang membunuh Darma, mungkin salah satu orang yang tak menyukainya, padahal dia orang yang begitu baik. Atau mungkin anak buah germoku yang datang membunuhnya dan hendak membawaku kembali, tapi tak menemukanku. Entahlah, yang jelas....sekarang di sinilah aku. Dulu aku seorang pelacur, kini predikat pembunuh juga aku sandang.
Duniaku kembali dingin dan beku, sedingin hujan lebat di luar sana yang bisa ku dengar dari tetesannya di atap. Sekarang.....siapa aku? Aku juga tak tahu, kau boleh memanggilku apa saja, memakiku sesukamu. Aku sudah tak peduli!

**********

Jakarta, 7 Januari 2015

Y. Airy.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun