Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Belenggu Musim Dingin

7 Januari 2015   15:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:38 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siapa aku?

Aku juga tak tahu, kau boleh memanggilku sesukamu, memakiku sesukamu, aku sudah tak peduli lagi. Kebahagiaan adalah impian setiap orang, hidup dengan pria yang yang mencintai dan menghargai adalah impain setiap wanita. Dulu, aku juga punya mimpi seperti itu. Sebelum terlempar ke neraka ini.

Aku seorang pelacur, ya! Seorang pelacur. Sejak ibuku meninggal dan tak seorangpun lagi yang bisa memberikan uang untuk ayah tiriku, aku di lemparkannya ke dunia laknat ini. Bajingan yang mengaku ayah tiriku itu menyodorkanku pada seorang pria untuk menebus hutangnya sebanyak 12 juta karena kalah di meja judi. Dasar tak punya otak! Sudah tahu tak punya uang sok mau melawan bandar judi yang memiliki banyak preman bertubuh besar.

"Ini anakku, masih 16 tahun dan masih perawan. Kalau di jual harganya lebih dari hutangku, bawa saja dia dan jangan cari aku lagi!" serunya dengan wajah yang setengah babak belur.

Kalau ingat wajahnya rasanya aku ingin mencabik-cabik semua pria yang datang padaku. Bandar judi bertampang sangar itulah yang merobek selaput daraku dengan keji, tampa mempedulikan teriakan dan tangisanku. Setelah puas menggauliku selama berminggu-minggu dia melemparku pada para pria hidung belang lainnya dengan harga yang aku tak tahu. Sejak itu entah sudah berapa bajingan yang bersamaku, tak sempat ku hitung.

Aku merasa hidupku memang sudah mati, untuk apa mati lagi. Apalagi sampai bunuh diri dengan masih terjebak dalam lumpur. Aku hanya mampu menunggu, menunggu apa? Entahlah, mungkin suatu saat akan ada malaikat berwujud manusia yang akan membebaskanku dari belenggu setan ini. Dan ku harap malaikat itu, adalah pria yang sekarang sedang bersamaku. Pria yang sedang ku peluk dengan erat setelah percintaan kami. Ingin tahu siapa dia?

Namanya Darma, seorang anggota kepolisian berpangkat mayor. Usianya 36 tahun, kok aku tahu detailnya? Tentu, bahkan aku tahu tanggal lahirnya. Ku lihat KTP nya saat dia tertidur, untungnya dia belum menikah. Jangan salah menilai, dia bersamaku bukan karena membeli tubuhku untuk semalam. Dia tahu siapa aku, tentu. Malam itu dia datang ke diskotik tempatku di jajakan oleh iblis itu bersama temannya, kebetulan temannya itu salah satu pelangganku. Dia seorang tentara, itu sebabnya diskotik itu cukup aman beroperasi sebagai tempat pelacuran juga. Temannya mengenalkanku padanya dan menyodorkanku padanya. Dia bilang dia tak datang untuk itu, tapi temannya memaksanya. Akhirnya aku hanya menemani mereka minum di sebuah kamar yang sudah di booking. Saat kami setengah mabuk temannya pergi dengan beberapa wanita dan hanya tinggal kami berdua. Ku lihat dia berhenti minum tapi aku masih melanjutkannya hingga tak ingat apapun lagi.

Ketika bangun aku masih berada di kamar itu dengan pakaian yang masih lengkap, seorang pria bertubuh tegap dan berwajah tampan sedang duduk di sofa memandangku. Ini pertama kalinya terjadi dalam hidupku, biasanya siapapun pria yang bersamaku pasti dia akan langsung melucuti pakaianku dan menggauliku sepuasnya tak peduli aku sadar atau tidak, ketika terbangun aku sudah bugil dengan sejumlah uang di sisiku dan tak ada siapapun.

Tapi kali ini aku masih utuh, aku sedikit heran. Ia menanyakan namaku, ku jawab. ia meminta nama asliku, ku jawab juga. Susi! Lalu dia menanyakan usiaku juga, aku juga menjawabnya dengan jujur, 21. Setelah itu dia tak berkata apapun kecuali memberiku segepok uang, ku pandang uang di tangannya yang kekar itu.

"Untuk apa?"
"Untuk membeli pakaian yang pantas untukmu, dan mungkin untuk biaya agar kau bisa pulang kampung dan berhenti dari pekerjaanmu!"
"Aku tak punya tempat untuk pulang kampung kecuali ke neraka!" jawabku ketus tanpa menyentuh uang itu. Cukup tebal, mungkin memang cukup untuk melarikan diri ke tempat terpencil dan memulai usaha kecil. Darimana uang itu? Tak mungkin semalam ia membawa uang sebanyak itu ke sini, pasti saat aku masih tertidur ia pergi ke ATM.

"Bayar saja aku sesuai tarifku, karena aku hanya menemanimu minum kau boleh mmebayar separuhnya saja!" seruku.
"Dan berapa itu?"
"Tarifku, 1½ juta semalam!" jawabku tanpa menoleh padanya, padahal sebenarnya aku meliriknya. Ku lihat ia mencabut beberapa uang lalu menaruhnya di telapak tanganku, itu lebih dari tarifku semalam, sisanya ia simpan kembali, "aku harus kembali bekerja!" desisnya lalu tetap pergi meninggalkanku di sana. Esoknya dia datang lagi, merebutku dari seorang pria yang sedang ku temani minum di meja bar. Sempat terjadi perkelahian, dan itu mengundang para penjaga tempat itu ikut campur dalam perkelahian dan malah mengeroyoknya. Tentu, pria yang ia pukuli yang tadi bersamaku itu seorang palanggan tetap diskotik yang dalam waktu semalam bisa menyetorkan penghasilan hingga hampir seratus juta. Karena aku tak mau dia mati konyol maka ku teriak saja bahwa dia seorang polisi dan teman-temannya sudah ada di luar untuk menggrebek tempat itu. Hampir semua orang panik, saat itu ku tarik dia dan ku bawa keluar dari pintu lain. Kami di kejar, tapi untung mobilnya berada di tempat yang mudah di jangkau hingga kami berhasil kabur dari sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun