Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sayap - sayap Patah sang Bidadari ~ Inheritance #Epilogue

9 Januari 2015   14:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:29 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Epilogue


Tujuh bulan kemudian......

William berdiri di teras rumahnya di temani Jaya, sebenarnya tubuhnya sedikit lemah. Perubahan sikap Liana sejak insiden itu cukup mengganggu pikirannya sehingga berpengaruh dengan kesehatannya. Tapi ia tetap mencoba pura-pura baik-baik saja di depan Liana ataupun Nicky.

Ia sangat berharap Liana mampu bangkit dan kembali seperti dulu, tapi apa yang telah Rey perbuat padanya, di tambah lagi dengan keadaan kakinya sekarang sungguh membuat keceriaan dan keberaniannya surut. Gadis itu bahkan selalu menghindari Nicky, seolah takut dekat dengannya. Itu sungguh membuat hati William tak tenang, apalagi sekarang kesehatannya cukup menurun. Bagaimana kalau nanti dirinya pergi dan Liana akan kehilangan seluruh semangatnya?

Sesekali Rizal melirik melalui spion tengah, keheningan menyelimuti ruangan dalam mobil itu sejak dari rumah sakit. Hari ini adalah hari dimana Liana pulang dari rumah sakit setelah operasi kedua pada kakinya. Ia tak mau memakai kursi roda, hari terakhir di rumah sakit pasca operasi ia belajar berjalan menggunakan tongkat. Rizal melirik lagi, dua insan yang duduk di jok belakang itu saling diam. Ia tahu mereka saling mencintai tapi sekarang keduanya sedang mencoba mengingkari perasaan masing-masing.

Mobil itu akhirnya merapat di bibir teras kediaman William Harris, pintu belakang mobil itu terbuka dan Nicky muncul, ia menutup pintunya kembali dan berjalan memutari belakang mobil. Liana membuka pintunya sendiri, ia mengeluarkan tongkatnya. Dan Nicky sudah di sampingnya untuk membantunya keluar, Rizal juga keluar dari bagian depan.

"Aku bisa sendiri!" tolak Liana dengan nada datar, Nicky menjauhkan tangannya dan mundur kembali. Memandangi wanita itu, hatinya cukup perih setiap kali mendapatkan penolakan dari Liana. Mungkin itu juga karena kesalahannya. Andai saja dulu ia bisa bersikap jauh lebih baik, mungkin Liana akan lebih percaya padanya sekarang.

Setelah Liana berdiri dengan kedua tongkatnya, Rizal menutup pintu mobil dan juga hendak membantunya. Liana menggeleng padanya, "aku bisa jalan sendiri, jangan perlakukan aku seperti aku tak bisa berbuat apapun!" desisnya.

Liana mulai berjalan ke arah William dan berhenti di depan pria tua itu, ia mencoba tersenyum meski hambar. William memasang senyum lebar menyambutnya, "kakek senang akhirnya kau sudah sampai," girangnya, ia membelai rambut Liana. "ayo kita masuk, kau pasti lelah!" ajaknya. Jaya mendampingi William dan Liana memasuki rumah itu sementara kedua pria di samping mobil CR-V hitam itu hanya mematung memandangnya.

"Sampai kapan kalian akan seperti ini? Semua ini membuatku muak!" desis Rizal, Nicky tak menyahut. "apa kau hanya akan diam saja?" kesal Rizal "membiarkan Rey menang dan tertawa di dalam kuburnya?" tambah Rizal lalu mulai melangkahkan kaki untuk membawa mobil itu ke garasi. Nicky mengepalkan tinjunya dengan kuat, Rey memang sudah mati. Tapi dia berhasil membuat Liana dan dirinya menderita akibat perbuatannya. Apakah itu artinya memang Rey yang menang dalam permaian ini?

Lisa sendiri memilih untuk kembali ke rumahnya sendiri dan mengurus perusahaan peninggalan suaminya yang selama ini di urus Rey. Perusahaan itu cukup menunjukan perkembangan sekarang, tentu. Lisa tak memikirkan apapun selain bekerja dan bekerja. Hanya itu yang bisa membuatnya melupakan apa yang telah putranya perbuat, meski setiap malam menjelang. Semuanya akan kembali menghantuinya. Kenapa Rey tega lakukan itu? Dia tam hanya membuat Liana menderita, tapi juga dirinya. Mama kandungnya sendiri.

*****

Semua masih membisu di ruang keluarga, William, Nicky dan Liana. Bahkan William pun bingung bagaimana mau memulai pembicaraan ini. Tapi ia tetap harus memulainya, atau mereka bertiga akan jadi patung sungguhan di sana.

"Keadaan ini sungguh membuat kakek sedih, jujur saja....kakek merasa sakit!" desis William. "kakek tak bisa melihat kalian terus seperti ini!"

Keduanya hanya diam, "Liana....., kakek sangat merindukanmu yang seperti dulu!"
"Kakek tahu tak bisa seperti dulu lagi, semuanya sudah berubah!" sahutnya pelan, "kakek semakin tua, kakek hanya ingin bisa pergi dengan tenang!"

Baik Liana maupun Nicky menatapnya serempak, "apa yang kakek bicarakan?" tanya Nicky. William memandangnya, "belakangan jantungku sering terasa sakit!" sahut William lirih. "masih tak apa-apa. Kata dokter itu tidak apa-apa. Hanya....kakek tak bisa terus melihatmu seperti ini!"
"Maksud kakek?" tanya Liana.

"Kakek ingin melihatmu menikah," desis William. Liana tercenung menatapnya, "dan memulai hidup baru, menciptakan kebahagiaan!" lanjutnya menatap Liana dalam. Mata Liana mulai sembab, "aku...., aku sudah cukup bahagia sekarang, dan...." kalimatnya bergetar, "aku....., aku tak ingin meni-kah dengan siapapun!" katanya. Ia bangkit dengan tongkatnya, "permisi!" tambahnya lalu meninggalkan ruangan itu.

Setelah Liana menghilang dari pandangan, William menatap Nicky. "kakek tak berharap banyak darimu, jika kau tak bisa kakek bisa mengerti!" desis William.

*****

Liana berdiri di depan taman bunga, memandang hamparan bunga warna-warni di depannya. Kakek Willy inginkan dirinya menikah, bagaimana mungkin? Siapa yang mau menikahinya? Nicky? Tidak! Tidak mungkin, airmata mulai menggenangi pipinya.

Dengan keadaanku sekarang....., aku bahkan tak pantas jadi istrinya. Lalu apa yang bisa ku lakukan dengan kakiku yang pincang? Aku hanya akan membuatnya malu!

Liana tertunduk dalam isaknya, Nicky memandangnya dari balik beberapa pohon palma. Rasa perih juga menghinggapi hatinya. Sampai kapan akan seperti ini? Rumah ini, tempat ini benar-benar kembali dingin dan sepi. Bahkan ia tak pernah melihat senyuman Liana lagi, senyuman itu....keceriaan itu....benar-benar telah hilang. Dan akankah bisa kembali lagi, seperti harapan kakeknya?

__________ • The End • __________

• Sayap -sayap Patah sang Bidadari Trilogi ;

# Inheritance (first novel)

Cast ;

• Liana
• Nicholas Harris ( Nicky )
• Reynald Harris ( Rey )
• William Harris ( kakek Willy )
• Lisa Amalia
• Ivana Randita Sanjaya
• Jaya Saputra
• Rizal Irawan
• Daren Harlys

Terima kasih untuk para sahabat K yang sudah menyimak novel ini dari awal hingga akhir, untuk novel keduanya,
# S.S.P.B ~ The Wedding ( second novel )

Ehm....., untuk novel kedua bocorannya judulnya aja ya? Dan nggak tahu kapan bisa di tayangkan. Karena akan saya selingi dengan novel lain dulu.

Terima kasih banyak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun