Keduanya keluar gerbang untuk mencari taksi.
"Kau bilang orang ketiga menembak kepalanya sendiri?" seru Letnan Heru, "seperti waktu orang itu menggorok lehernya sendiri, mereka tidak mau di tangkap hidup-hidup!" jawabnya.
"Good, sepertinya kasusmu ini tidak akan terungkap. Tapi kenapa mereka mengikuti mantan kekasihmu, kau masih punya hubungan dengannya?"
"Apakah masalah pribadiku harus di sangkut pautkan?"
"Jika memang berhubungan, kau sendiri yang bilang kalau orang-orang itu mengikuti Karen. Itu artinya ada kaitannya!"
"Terus terang, sebenarnya aku tak mau dia terlibat!"
"Dia sudah terlibat, Danny. Dia sudah terlibat sejak kalian bertemu lagi. Para penjahat itu, jika target utamanya adalah dirimu, mereka akan mencari siapa saja yang berhubungan denganmu, orang-orang terdekatmu. Itulah cara musuh melemahkanmu!"
"Kalau begitu mungkin aku harus meminta bantuanmu, bisakah kau jaga kediaman Karen?"
"Jika dia tak keberatan, itu memang penting!"
"Ku rasa dia tidak akan suka,"
"Bukankah dulu dia selalu di buntuti para bodyguard ayahnya?"
"Itu sebabnya dia selalu memintaku membawanya menyelinap dari mereka, dia tak suka di kawal!"
Letnan Heru memandangnya dengan nakal, "sepertinya kau menikmati mengenang masa-masa itu?" sindirnya, Danny sedikit melotot. "Tutup mulutmu, lakukan saja tugasmu!" kesal Danny seraya bangkit dari duduknya, "aku harus ke rumah sakit untuk menjenguk mantan seniorku, keadaannya memburuk!" tambahnya.
"Memang sudah seharusnya kau ke sana, ku rasa istrinya butuh penghiburan!" sahutnya.
Danny pergi ke rumah sakit, sementara Sammy mengajak Sharon ke rumahnya. Mereka tercengang melihat ada garis polisi di jalanan. Dan ada tanda bekas mayat di badan jalan, "apa yang terjadi di sini?" desis Sharon.
"Di lihat dari noda darahnya, ini belum lama terjadi!" sahut Sammy, "we should ask to my Mom!" ajaknya berjalan ke rumahnya.
Sammy memang membawa kunci cadangan, ia mencoba membuka pintu tapi sepertinya di lubang kunci bagian dalam masih tergantung kunci lain. Apakah ibunya ada di rumah? Ia pun menekan bell.
"Mom, are you home?" teriaknya.
Mendengar suara putranya, Karen langsung berlari untuk membuka pintu. Begitu pintu terbuka ia tertegun karena Sammy tak pulang sendiri. Lama ia memandangi gadis yang usianya tak jauh dari putranya itu. Gadis itu nampak mirip dengan Danny maupun Sarah, ada perpaduan yang klop di wajah dan perilakunya.
"Hai Tante, bolehkah aku main di rumahmu?" sapanya.
"E,....e....iya...iya!" jawabnya sedikit gugup. Sammy masuk di ikuti Sharon, Karen menatapnya memasuki rumahnya lalu iapun menutup pintunya.