Setelah Bojin keluar dari pintu kafe, aku cepat-cepat berlarian ke atas untuk mengambil kunci mobil dan ponselku. Aku tak tau dimana Donghyun, tapi rasanya akan menimbulkan kecurigaan di antara para karyawanku kalau aku berteriak-teriak memanggilnya. Aku punya perasaan Donghyun ada di halaman belakang bermain dengan Minki, jadi aku berlarian ke halaman belakang.
"Donghyun, ayo cepat, Bojin sudah keluar tuh."
"Aduh bagaimana ini noona, Minki belum tidur."
"Bawa saja Minki. Ayo cepat, kita bisa kehilangan jejaknya!"
Donghyun dengan tangkas menggendong Minki (yang mengira masih diajak main oleh Donghyun, menyalak girang) dan memeluknya lalu berlarian mengejarku. Aku cepat-cepat menyalakan mesin mobilku. Aku menyesal selama ini menjadi sahabat Bojin, tapi aku tak pernah tanya bagaimana dia pulang pergi kerja.
"Noona, seatbelt!"
"Oh ya, ya ampun, aku hampir lupa!"
"Itu Bojin hyong kan? Di seberang jalan, yang memakai sweater kuning?"
"Ya, itu dia. Perhatikan dia baik-baik ya Donghyun."
Aku sudah lebih terbiasa menyetir sekarang, jadi aku sudah berani berbelok mendadak ataupun melakukan manuver mengejutkan yang lainnya. Masih tidak jelas ke arah mana Bojin berjalan, dia tampak sibuk dengan ponselnya juga di sepanjang jalan. Akhirnya dia belok ke jalanan yang agak ramai, dan mobilku tidak bisa masuk ke jalan itu karena jalan itu mengarah ke pedestrian street. Akhirnya aku memarkir mobilku dan kami berdua cepat-cepat keluar mobil.
"Apa rumahnya disitu noona?"