"CHOEUN NOONA!"
Aku tidak tau mana yang menyakitkan: rasa pedih ketika lutut dan telapak tanganku menyentuh es, atau rasa malu yang kurasakan ketika kukira banyak pasang mata yang melihatku jatuh. Donghyun dengan cepat menghampiriku dan dia tidak tertawa lagi saat dia membantuku berdiri. Dia memeriksa keadaanku. Aku tidak lagi bersuara karena terlalu shock.
"Ayo noona, aku akan mengobatimu."
Gelombang shock kedua mendatangiku ketika Donghyun membopongku. Dia pasti gila melakukannya di tempat umum seperti ini, tapi toh ini bukan pertama kalinya dia melakukan ini padaku. Aku bisa mendengar gadis-gadis yang tadi sibuk menggosipinya terkesiap, dan ketika kesadaran menghampiriku lagi, aku sengaja memeluk leher Donghyun. Ya, dia milikku. Kalian hanyalah orang asing. Donghyun membuatku duduk di bangku, lalu melepas sepatunya dan sepatuku.
"Noona tunggu sebentar, aku pinjam peralatan P3K dulu ya."
Aku mengangguk padanya dan dia kembali dengan kotak kesehatan tak lama sesudahnya. Dia berlutut di hadapanku ketika mengobati lututku.
"Maaf ya noona aku tadi melepasmu. Kukira noona sudah cukup mahir, jadi aku lepaskan..." sesalnya sambil membersihkan lukaku.
"ADUH!"
How can I
Express my fluttering heart to you?
The more I hesitate, the farther away you seem to get