Namun belum selesai aku menyelesaikan kata-kataku, aku merasakan guyuran air di seluruh tubuhku: ada yang melempariku dengan bola-bola berisi air. Dan tidak hanya sekali... lagi... lagi dan lagi... kenapa? Apakah aku pantas dilempari seperti ini? Haruskah aku berhenti berjuang? Aku mendengar suara hiruk pikuk di sekitarku tapi aku hanya menundukkan kepala dan memejamkan mataku. Aku ingin menyerah.
"Noona, ayo kita pergi dari sini!"
Lemparan itu berhenti dan ketika aku membuka mataku, Donghyun melindungiku dengan jaketnya. Dengan tangannya yang lain, dia menggandeng tanganku dan membawaku berlari. Ya, aku ingin lari, dan aku tak peduli kemana dia akan membawaku. Bawalah aku sejauh mungkin, Donghyun...
***
HWAN EUNYUL'S POV
Waktu berjalan lambat sekali akhir-akhir ini. Dan masih seperti inilah aku: tidak bersemangat. Aku berusaha menolak bertemu dengan Dongsun sebanyak yang aku bisa, tapi ya sekali-sekali aku juga harus menemuinya, supaya dia tidak curiga. Sebenarnya aku benar-benar ingin bertanya padanya kenapa dia berbohong padaku hari itu dan ternyata malahan berduaan dan berpegangan tangan dengan Haneul-ssi. Tapi setiap kali kata-kata itu akan terucap dari mulutku, aku tak sanggup. Aku takut air mataku tumpah ketika aku menunjukkan kelemahanku, tentang apa yang mengganggu hari-hariku akhir-akhir ini. Dan jika kecurigaanku benar, rugi sekali rasanya aku harus menangis di depan Dongsun. Karena aku sangat percaya padanya... namun dia mengkhianati perasaanku. Aku berjalan sendirian dari kampus pulang menuju rumahku. Jaraknya agak jauh dengan berjalan kaki, lagipula salju sudah mulai turun sejak dua hari yang lalu. Dingin sih, tapi aku tak begitu peduli. Pikiranku sangat kacau.
"Ayo noona."
Aku mematung di depan gedung apartemen yang menjulang tinggi di depanku. Dongsun berjalan beberapa Langkah di depanku dan sudah berdiri di depan pintu gedung apartemen. Aku memandanginya dan menggelengkan kepalaku.
"Kenapa?"
"Aku takut."
Rupanya jawabanku membuatnya tertawa.