"Wah, ini kau, Yoonsung! Peringkat 9! Kau tau, ini tidak buruk! Hanya ada 3 murid kelas 7 dalam peringkat sepuluh besar! Ini kau, ini!"
Dengan semangat, Kyungju menempelkan telunjuknya di peringkat 9: Song Yoonsung, yang ujian dengan 5 mata pelajaran, dan nilai kelimanya adalah: 96, 94, 91, 91, dan 95.
"Sebenarnya rata-rata nilai kita sama: 93,4 dan aku hanya menang 0,0 berapa point di atasmu. Wah aku sangat beruntung," ujar Kyungju sambil mengelus dadanya, "kau tau eomma akan menyita laptopku kalau aku tidak masuk peringkat 5 besar?"
"Aku dengar itu, dan kupikir keun eomoni hanya main-main."
"Tidak, dia serius, percayalah padaku. Tapi ngomong-ngomong ayo kita temui Soohee. Dia harus mentraktirku karena dia di peringkat 3. Kau ikutlah, bantu aku makan."
Tak ada alasan untuk menolak dan tak bisa berlari karena pundaknya dirangkul Kyungju, Yoonsung menuruti saja keinginan sepupunya ini.
***
Yoonsung memutar bola matanya ketika dia melihat kerumunan gadis-gadis di dekat pintu gerbang sekolah: rasanya dia tau siapa yang ada di luar gerbang sekolah dan orang itu tidak bisa masuk ke dalam kalau sekolah tidak dibuka untuk umum. Yang membuat Yoonsung lebih risih, gadis-gadis itu juga berkerumun makin banyak dan sebagian menunjuk-nunjuknya ketika dia berusaha lewat. Tubuhnya lelah setelah jam berenang tadi dan yang sekarang dia inginkan hanyalah tidur siang yang tenang di rumah. Tapi sepertinya tidur siangnya tidak akan tenang karena memang benar dugaannya: Kyungju menungguinya di depan gerbang sekolah. Kyungju duduk santai di kap depan mobil sport yang baru dibelikan ayahnya tiga bulan yang lalu sebagai hadiah kelulusan (dan lulus dengan peringkat keempat seluruh SMA Korea). Kyungju melambai senang pada Yoonsung yang mau tak mau menghampirinya.
"Ayo, aku jemput kau, kita sekalian pulang."
"Tak ada jadwal kuliah, hyong?"
"Sudah selesai untuk hari ini. Dan tebak, aku punya kabar gembira."