Valene kaget setengah mati karena Nancy menungguinya di ruang tamu yang gelap gulita malam itu. Biasanya Nancy pasti sudah tidur, apalagi setelah dia sudah baikan dengan Andrew.
"Kau buat aku kaget!" protes Valene sambil mengelus dadanya.
"Sini dulu, aku mau bicara."
Valene duduk di sofa di samping Nancy. Valene mendadak merasa tidak nyaman dengan pandangan menusuk Nancy.
"Apa sih?" tanya Valene risih.
"Kau dan Kyungju sudah pacaran?"
"Apa? Bagaimana kau tau?" tanya Valene panic.
"Kau pikir kita baru berteman dalam hitungan bulan? Sudah berapa lama dan sudah berapa jauh kalian?"
"B... baru beberapa hari kok! Dan tentang berapa jauh..." ujar Valene dengan suara yang berbisik.
"Ya? Berapa jauh?"
"Tidak seperti yang kau pikirkan!" protes Valene sambil melemparkan bantal ke wajah Nancy.
Nancy yang mendapat serangan bantal hanya tertawa.
"Tapi ngomong-ngomong tadi aku bertemu Yoonsung, makanya aku tidak jadi pulang dan malahan kembali lagi ke apartemen Kyungju," jelas Valene.
"Lho, kenapa?"
Valene perlahan menceritakan pada Nancy apa yang dikatakan Yoonsung. Nancy mendengarkan dengan sangat serius sambil mengangguk.
"Mau dengar pendapatku?"
Valene mengangguk cepat.
"Kau merasa tidak sih... kalau Yoonsung agak aneh."
"Aneh apanya? Tidak. Menurutku dia baik-baik saja."
"Apa Cuma perasaanku ya... tapi apa ya maksudnya memberitaumu kalau Kyungju membohongimu? Apa dia mau mengadudomba kalian?"
"Kurasa tidak mungkin Yoonsung sejahat itu," hardik Valene, "buktinya dia mau saja membantu kita kemarin kan?"
"Memang sih. Tapi kau ada jawaban yang tepat kenapa dia menceritakan tentang Kyungju padamu?"
"Tidak tau juga sih... tapi aku hanya merasa dia tidak mungkin orang jahat..."
"Valene, kau terlalu naf. Orang-orang di dunia ini tidak dibagi menjadi dua kelompok: orang baik dan orang jahat, seperti di cerita dan drama."
"Iya sih... hanya saja aku ingin mempercayai Yoonsung," jawab Valene lalu menggigit bibir bawahnya dan melanjutkan, "mungkin karena dia yatim piatu sejak masih cukup muda... jadi kau merasa dia agak aneh?"
"Bisa jadi. Tapi... ingat, harus hati-hati ya."
"Baiklah, nyonya! Lagipula kita kan Cuma beberapa hari lagi disini."
"Apa kau yakin kau mau pulang?"
Valene menggigit bibir bawahnya lagi. Nancy benar... dia rasanya tidak ingin pulang lagi, karena "rumah"nya ada disini: Song Kyungju.
***
Berbekal pesan semangat dan voice call singkat tadi pagi, Kyungju berangkat ke tempat promosi dengan sangat bersemangat. Menurut usul yang diberikan Valene, Kyungju lebih baik melakukan promosi ponselnya di tempat terbuka yang dikelilingi restoran dan toko sederhana.
"Bukan berarti mereka yang suka tampil sederhana itu tidak punya uang, mungkin mereka hanya malas pergi ke mall dan mengunjungi toko kalian yang ramai itu," ujar Valene, "dan dengan harga ponsel kalian yang di kelas menengah ini, dengan hanya menunjukkan kemampuan kamera ponsel ini yang bahkan bisa mengambil foto dengan bagus di tempat terbuka dan tanpa pencahayaan yang diatur, kurasa mereka akan suka."
Berdasarkan usul itulah Kyungju melakukan promosinya hari ini.
"Annyeonghaseyo, mau lihat ponsel bagus dan mencoba mengambil foto dengannya?"
Kyungju baru saja menghampiri rombongan 4 gadis SMA yang langsung terpana oleh ketampanan Kyungju.
"Kami mau coba mengambil foto... tapi dengan oppa!" seru salah seorang dari mereka.
"Tentu, kenapa tidak?"
Tidak buruk sama sekali, tegas Kyungju sambil memamerkan senyum manisnya ketika gadis-gadis itu mengambil foto dengan ponsel itu. Segera saja mereka mengagumi hasil potret ponsel itu, dan mata mereka membulat mendengar harga special ponsel itu selama hari ini saja. Salah satu dari mereka berlari ke ATM terdekat, sedangkan yang seorang lagi menelepon ayahnya memohon dibelikan ponsel baru. Setelah terjual 3 unit, Kyungju dengan lebih bersemangat menghampiri rombongan-rombongan orang yang lainnya. Kyungju melihat ke sekelilingnya, pegawai-pegawai yang dibawanya juga bersemangat menawari orang-orang yang lewat untuk menjual ponsel itu. Sepertinya kita akan berhasil, yakin Kyungju.
Menjelang jam 5 sore, Kyungju sedang minum-minum dengan sekelompok ahjumma dan ahjussi yang sudah membeli 4 unit ponsel Kyungju, ketika salah satu karyawan pria Kyungju yang paling muda dan bersemangat menghampirinya.
"Kyungju-ssi, kurasa kita sudah total menjual 52 unit!"
"Benarkah? Itu terdengar baik. Apakah ada kabar dari tim Yoonsung?"
"Sepertinya mereka masih tertinggal empat atau lima unit di bawah kita."
"Kita masih punya sekitar 10 menit, jangan lengah!"
"Tenang, kurasa teman kita akan melepas setidaknya 2 unit lagi," lapor pria itu.
"Aku akan bantu. Ahjussi, ahjumma, sekali lagi terima kasih karena telah membeli ponsel kami."
"Apakah kau akan menjadi direktur Sineo nanti, anak muda?" tanya ahjumma yang minumnya paling banyak di antara mereka.
Kyungju menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Aku berharap begitu, ahjumma."
"Sukses untukmu nak. Kurasa Sineo akan maju kalau memiliki direktur yang kreatif dan bersemagat sepertimu."
"Dan tampan," tambah ahjussi di sampingnya disambut anggukan mereka semua di meja bundar itu.
"Hahahahaha ahjumma dan ahjussi bisa saja!"
"Apa kau punya pacar anak muda? Bagaimana kalau kukenalkan cucuku padamu?"
"Hahaha maaf ahjussi, aku sudah punya pacar!"
"Tentu saja dia sudah punya pacar, bodoh! Dengan kualitas seperti itu mana mungkin dia masih sendiri," hardik ahjumma yang suaranya paling keras.
"Sekali lagi terima kasih semuanya! Aku pamit!"
Kyungju membungkukkan badannya dua kali sebelum mengikuti karyawannya. Saat itu, ponsel Kyungju bergetar. Wajah Kyungju bersinar cerah: Valene meneleponnya.
"Noona! Dimana sekarang? Apakah belanja oleh-olehnya sudah selesai?" tanya Kyungju panjang.
"Sudah selesai dan aku baru saja dari apartemen ingin menemuimu!"
"Sudah terjual 52 unit!"
"Itu hasil yang bagus! Tunggu aku disana ya!"
Kyungju tersenyum senang. Ketika jam 6 tepat, Kyungju dan karyawannya menghitung penjualan mereka yang mencapai 54 unit hari itu.
"Baiklah, kurasa kalian semua boleh pulang sekarang," kata Kyungju.
"Tapi bukankah kita harus ke kantor untuk melaporkan hasil penjualan?"
"Tidak, biar aku saja yang melakukan itu. Kalian sudah melakukan kerja keras hari ini," putus Kyungju.
"Baiklah kalau begitu."
Satu persatu karyawan Kyungju pamit padanya. Sekarang dia memilih duduk di kursi panjang di taman kota, menunggu gadis kesayangannya datang. Dia sudah mempersiapkan cokelat panas yang menjadi favorit Valene.
"Aku akan ke kantor dengan Valene saja nanti, sekalian mengenalkannya pada haraboji," ujarnya pada dirinya sendiri.
Dan sambil tersenyum, Kyungju menunggu dan tetap menunggu...
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H