Youngkyong terlihat lebih bisa menerima situasi sekarang dan ini untuk pertama kalinya kami menyebut nama Chungdae hyong.
"Sudah kusebar ke semua email murid di sekolah," lapor Hyeil hyong.
"Oppa, sudah berpikir mau lanjut kemana setelah SMA? Oppa terlalu pintar," keluh Yeowoo noona.
"Aku sudah dapat beasiswa penuh di KAIST dua bulan yang lalu."
"WOW GILA!" seru Joonki hyong membahana, menjatuhkan bantal yang dipegangnya.
"Tapi masih ada beasiswa dari universitas lain juga, jadi aku punya banyak pilihan..."
***
Aku berlarian di sepanjang koridor rumah sakit. Ada banyak rasa perih di badanku tapi aku tak peduli apapun lagi. Bahkan kucabut infus di tanganku karena aku perlu bergerak cepat. Tenagaku sudah kembali, kata Eunyul eonni itu karena aku makan banyak dan lahap. Kudorong pintu terbuka dan merasa malu sedetik sesudahnya, karena orangtua Chungdae dan noonanya duduk di sekitar ranjangnya.
"Oh... maaf..."
"Oh tidak, kami sudah selesai," hardik Heo Junsuk-ssi, appa Chungdae sambil tersenyum kepadaku.
"Kami akan kembali lagi nanti," ujar Lee Juhee-ssi, eomma Chungdae sambil mengelus pelan kepala Chungdae.