Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Novel] A Winter Story [4]

19 Juli 2020   22:28 Diperbarui: 19 Juli 2020   22:18 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Akhirnya Valene, Andrew dan Nancy kembali ke hotel mereka yang hangat setelah mengunjungi berbagai tempat menarik di luar sana. Tidak terasa, sudah seminggu lamanya mereka di Korea. Itu berarti mereka sebentar lagi akan mengunjungi Jeju sebelum kembali lagi ke Seoul dan akhirnya, kembali ke Indonesia.

"Ah, kalian berdua naik dulu. Aku akan perpanjang sewa kamar kita," ujar Valene kepada Andrew dan Nancy.

Keduanya mengangguk dan meninggalkan Valene di meja resepsionis. Valene mengenali resepsionis yang menyambut mereka untuk pertama kalinya di hotel ini, rupanya dia sedang bertugas.

"Hi. I would like to extend our rent."

"Miss Valene, right? Please wait for a while... Your rent will be ended in 23th of December... until when do you want to extend it?"

"Until 9th of January."

"This is the price of the room."

Resepsionis itu menyerahkan selembar kertas berisi daftar harga kamar. Valene membelalakkan matanya dan mengeluarkan ponselnya untuk mempermudah dirinya mengkonversi mata uang. Valene merasa ada yang tidak beres. Ini pasti salah. Harga kamar mereka masing-masing naik 2 kali lipatnya.

"Is it the actual price?"

"Yes, Miss. It's different from the price that you already paid, because when you reserved those rooms, that was our promotion price. The actual price is this one. Our promotion already ended in this 15th of December."

Valene kehilangan kata-katanya. Saking bahagianya dia bermain, dia lupa bahwa harga promosi yang dibacanya di website sudah berakhir. Ini artinya, mereka harus membayar dengan harga normal jika ingin memperpanjang masa menginap mereka disini.

 "Okay, I will extend it after discuss it with my friends. Thank you, I'll comeback soon."

Valene berjalan dengan lesu menuju kamarnya. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Membayangkan reaksi Andrew dan Nancy saja dia tidak berani... jadi mereka nanti akan tinggal dimana? Bagaimana dengan uang mereka? Untuk pertama kalinya semenjak mereka tiba di Korea, Valene tidak bisa tidur.

***

"Harganya naik 100%?" tanya Andrew dengan nada tidak percaya.

Valene berdiri menghadap Nancy dan Andrew yang duduk di ranjang mereka, pagi-pagi sekali. Valene menggigit bibir bawahnya, merasa sangat gugup.

"Pilihan lain apa yang kita punya?"

"Aku akan cari tempat tinggal lain... aku sudah browsing beberapa tempat semalam, aku akan coba kesana. Hari ini, kita batalkan dulu perjalanan kita," jelas Valene cepat, "aku akan bertanggungjawab."

"Tidak bisa begitu Valene," sergah Nancy.

"Tapi semua ini memang salahku. Aku pinjam paspor kalian."

Bingung, Nancy menyerahkan paspornya dan Andrew ke tangan Valene.

"Aku akan pergi sebentar. Kalian bisa jalan-jalan di sekitar sini."

"Kau mau kemana?"

"Aku akan mencari penginapan untuk kita."

"Ayo kita pergi bersama."

"Tidak, biar aku saja. Kalian bisa jalan-jalan sendiri. Aku akan kabari kalian kalau aku sudah dapat tempatnya."

"Tapi Valene..."

"See ya!"

Sebelum Nancy menyelesaikan kalimatnya, Valene sudah keluar cepat dari kamar mereka. Nancy menghela nafas panjang. Dia tau Valene selama ini memang ceroboh, tapi kesalahan dia kali ini cukup fatal rupanya.

"Sekarang apa yang harus kita lakukan?" tanya Andrew.

"Mari kita lihat tempat baru yang akan dicari Valene."

"Dia ceroboh sekali. Bagaimana mungkin dia yang sudah dewasa begitu bisa melakukan hal semacam ini?"

"Jangan bicara begitu soal Valene. Dia memang agak ceroboh dari dulu."

"Aku tidak peduli kalau dia mau ceroboh dengan urusannya sendiri, tapi kalau itu menyangkut masalah besar begini, apalagi menyangkut kita, aku tidak suka."

"Andrew, jangan begitu! Yang penting sekarang dia berusaha untuk kita."

Andrew menghempaskan tubuhnya di kursi terdekat, "baiklah. Kita lihat bagaimana dia mau bertanggungjawab."

Nancy tidur membelakangi suaminya. Dalam hatinya, dia merasa panas dan sedih. Dia berharap Valene bisa menemukan jalan keluarnya, seperti biasa jika otaknya sedang bekerja dengan baik, dia pasti akan selalu punya ide.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun