Suasana di kereta cepat bawah tanah (MRT) di Seoul sangat ramai. Maklum, Natal akan tiba dalam 12 hari lagi, jadi beberapa sekolah telah meliburkan murid-murid mereka. Selera fashion orang Korea membuat Nancy dan Valene kagum; bahkan Valene mengaku orang Korea tidak akan ada yang tertarik melihatnya: karena dia hanya memakai kaos yang dilapisi jaket berbulu yang panjang dan berwarna hijau. sementara Valene sedang sibuk memicingkan matanya di depan papan peta MRT yang sangat besar, Andrew dan Nancy menikmati pemandangan di sekitar mereka.
"Apa kau yakin kita tidak akan tersesat?" tanya Andrew ragu.
"Menurutnya, dia sudah belajar membaca peta sejak 2 tahun yang lalu," jawab Nancy sambil mengedikkan bahunya.
"Kalian berdua tunggu disini, aku belikan tiketnya," pesan Valene yang menghilang ke kerumunan.
Karena tubuhnya kecil sekali, dengan cepat puncak kepala Valene-pun menghilang, bahkan untuk Andrew yang terhitung jangkung, sudah kehilangan jejak Valene. Namun lima menit kemudian Valene kembali sambil membawa 3 kartu. Ada sedikit titik keringat bersimbah di wajahnya.
"Ini, masing-masing ambil satu. Nanti bayar aku ya, aku beli tiketnya supaya kita tidak usah susah payah beli koin tiap perjalanan naik MRT."
Andrew dan Nancy lega dengan Valene yang sudah kembali. Akhirnya, keduanya mengekori Valene sepanjang perjalanan mereka menuju Namsan Tower. Perjalanan menuju Namsan Tower rupanya tak semudah yang mereka bayangkan karena mereka harus setengah mendaki kesana.
"Lihat! Itu Namsan Tower!" seru Valene sambil menunjuk menara di kejauhan.
"Wow!" seru Nancy dan Andrew bersamaan.
Seketika ketiganya sibuk berfoto mengambil Namsan Tower sebagai background mereka (beruntung Valene siap dengan tongkat narsis-nya) dan setelah membeli tiket (sekali lagi Andrew dan Nancy dibuat kagum dengan kemahiran berbahasa Valene) mereka menaiki cable car menuju puncak gunung Namsan. Tanpa menunggu, Valene membawa mereka menuju lantai dua N Plaza, dimana disana ada Roof Terrace.
"Lihat, ini dia Love Padlock Tree yang terkenal!"