Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] I'm (Not) Allow to Love You [28]

17 Juni 2020   13:32 Diperbarui: 17 Juni 2020   13:26 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.

Song list:

1.       WANNA ONE -- I.P.U Confession Version

2.       Henry -- It's You

3.       NU'EST -- Love Without Love

4.       YookSungjae -- Loving You Again

5.       DGNA -- Lucky Man

6.       Yoo Seonho -- Maybe Spring

7.       STRAY KIDS -- Neverending Story

8.       Eric Nam & CHEEZE -- Perhaps Love

9.       Rainbow -- Pretend

10.   GB9 -- Propose

Aku tak bisa menyembunyikan perasaanku kalau aku sedang senang akhir-akhir ini, terutama semenjak aku dan Chungdae berbaikan. Aku juga memutuskan akan kembali ke apartemenku akhir pekan ini dengan ditemani Eunyul eonni dalam proses pindahan. Aku akan merasa lebih aman juga dengan dia yang menemaniku.

"Miss Baek, apakah miss ada waktu untuk menjelaskan tugas terakhir kita padaku? Ada sesuatu yang ingin kutanyakan."

Donghyun menemuiku di ruang guru sambil membawa buku. Kurasa dia tidak benar-benar ingin menanyakan tugas, tapi dia mungkin ingin bertanya tentang hal yang lain.

"Baik. Ayo kita ke ruangan konsultasi saja."

Seperti yang kuduga, ruangan itu kosong. Aku dan Donghyun duduk di meja panjang, berseberangan.

"Noona, kenapa kau meninggalkan rumah tanpa berpamitan denganku? Ketika aku pulang, noona sudah tak ada, hyong juga tak tau tentang itu," jelas Donghyun, "kau membuatku khawatir."

"Maaf, Donghyun. Ada kejadian yang sangat mendadak jadi aku harus pindah malam itu juga. Aku pindah ke..."

"Rumah miss Hwan."

"Bagaimana kau tau?"

"Aku melihat kalian pulang bersama. Apakah rumahku tidak nyaman? Apakah karena ada hal lain?"

"Ah tidak. Percayalah itu hanya sesuatu antara miss Hwan dan aku. Percayalah aku sangat nyaman tinggal di tempat kalian."

"Apakah cukup aman tinggal di rumah miss Hwan?"

"Ya, jangan khawatir, Donghyun. Kurasa penguntit itu tidak berani berbuat macam-macam lagi. Mungkin dia tau kita sudah lapor polisi."

"Kuharap begitu juga noona."

Lalu kami mendengar bel tanda istirahat berakhir.

"Aku akan kembali ke kelas kalau begitu noona."

"Belajar yang baik ya."

Aku melihat punggung Donghyun yang keluar dari ruangan. Maaf Donghyun, aku tak bisa jujur padamu. Aku tak ingin menjadi penyebab hubunganmu dan Hyereum eonni menjadi renggang.

"Oh disini kau rupanya miss Baek!"

Aku kaget ketika pintu terbuka dan Chungdae masuk membawa setumpuk kertas.

"Ini PR yang harus dikumpulkan hari ini."

"Kenapa kau tidak meletakkannya di mejaku saja?"

"Karena," dia meletakkan kertas itu di kedua tanganku, "aku butuh energi."

Dia menunjuk pipinya. Aku melihat kesana kemari dengan khawatir.

"Kau gila? Sudah kubilang kita harus hati-hati."

"Hanya sedetik. Cepatlah."

Aku mengecup pipinya cepat dan dia tersenyum lebar.

"Baik, sampai ketemu nanti!"

Dan dia cepat-cepat berlari keluar dan membuatku tertawa. Sulit mengatakan aku tidak menyukainya. Dia selalu tau bagaimana membuat jantungku berdebar keras. Aku membuka pintu dengan sedikit kepayahan dan kembali ke ruang guru. Aku bisa menikmati waktu kosongku selama empat jam pelajaran yang hanya terjadi satu minggu sekali.

"Miss Baek, bisa ke ruanganku? Ada yang ingin kubicarakan."

"Baik, Noh Sonsaengnim."

Aku mengikuti Noh Sonsaengnim menuju kantornya. Ada apa ini? Apakah Noh Sonsaengnim mencurigai aku dan Donghyun juga Chungdae? Mau tidak mau aku merasa khawatir juga.

"Aku tidak tau apa yang membuatmu begitu senang," ucapnya perlahan ketika kami sudah duduk berseberangan, "kuharap bukan karena ini."

Noh Sonsaengnim mengeluarkan beberapa lembar foto dan ketika aku mengambilnya, mataku terbelalak. Itu adalah foto aku dan Chungdae di berbagai kesempatan: kencan kami di bioskop, di Lotte World, di sungai Han, ketika dia mengantarku pulang dan bahkan kencan diam-diam kami di sekolah.

"Kau tau apa yang kau lakukan, miss Baek? Kau tau konsekuensi apa yang akan kau hadapi jika aku memberikan foto ini pada kepala sekolah?"

Tanganku bergetar. Aku sudah tau seperti apa konsekuensinya, dan itu pasti tidak akan menguntungkan Chungdae.

"Heo Chungdae punya masa depan yang sangat cerah."

Dia memberikan amplop besar padaku dan aku membukanya.

"Ini..."

"Dia sudah lama diperhatikan oleh pihak Seoul National University dan Korea Sport National University. Keduanya tau bakat Chungdae di bidang seni dan olahraga. Mereka akan memberikan beasiswa padanya," jelas Noh Sonsaengnim, "tapi semua itu tergantung pada bagaimana kau bersikap."

Kedua universitas bergengsi itu ingin memberikan beasiswa pada Chungdae? Aku terus memandangi kertas itu tanpa bisa berkata apapun.

"Aku tak ingin lagi tau bahwa kalian bersama. Jika aku tau tentang itu, aku akan menahan penawaran beasiswa ini. Dan kau, jangan kira kami tidak bisa mencari pengganti yang lebih baik darimu miss Baek."

"Noh Sonsaengnim, aku mohon... berikan beasiswa ini pada Chungdae. Aku berjanji akan menjaga sikapku."

"Baik, aku harap kau bisa memegang janjimu demi masa depannya."

Mengapa harus seperti ini lagi? Padahal kami baru berbaikan. Siapa yang mengambil semua foto ini? Apakah penguntit yang mengambil foto ini sama dengan orang yang sudah menguntitku di apartemen dan mengirimkan ancaman untukku? Siapa yang begitu benci melihatku bersama Chungdae? Dan aku heran, hanya ada fotoku bersama Chungdae disini, tidak saat aku bersama Donghyun. Siapa dia dan kenapa? Apa yang harus kulakukan? Demi masa depan Chungdae, aku harus benar-benar tegas pada keputusanku. Aku tidak bisa dengan egois menghancurkan masa depannya. Bagaimanapun cintaku tidak bisa dibandingkan dengan masa depannya.

***

"Apa katamu? Jadi Noh Sonsaengnim mengancammu?"

Aku menganggukkan kepalaku. Aku baru saja pulang ke apartemenku dan karena sudah hampir dua bulan tidak ditinggali, aku dan Eunyul eonni melakukan pembersihan besar-besaran. Dia bahkan akan tinggal disini selama akhir pekan ini.

"Kau tau, itu bukan yang pertama. Yang membuat Chungdae menjauhimu adalah ancaman dia juga."

"Aku tak menyangka dia sampai melakukan itu pada kami. Kasian Chungdae, dia pasti bingung sekali saat itu."

"Tapi ngomong-ngomong," ujar Eunyul eonni sambil menggosok jendela dengan kekuatan yang berlebihan, "siapa sih yang memberikan foto kencan kalian ke dia?"

"Aku juga tidak tau soal itu dan tidak ada seorangpun di dalam pikiranku yang kucurigai."

Lalu Eunyul eonni diam dan berpikir keras.

"Lalu apa tindakanmu berikutnya?"

"Aku tidak tau... aku ingin berdiskusi dengan Chungdae, tapi jika Chungdae tau Noh Saem melakukan itu lagi, aku tak berani membayangkan apa yang akan dilakukannya," ujarku lelah, "tapi untunglah liburan musim panas sudah dimulai. Kita hanya perlu masuk selama dua hari nanti kan, eonni?"

"Apapun itu yang akan dilakukannya kemungkinan akan membuatnya dikeluarkan dari sekolah. Kita semua tau seperti apa emosi Chungdae," jelas Eunyul eonni, "ah ya benar libur musim panas. Setidaknya kau tidak akan bertemu dengan Chungdae di sekolah untuk sementara waktu."

Aku mendesahkan nafasku dalam-dalam, "aku tidak akan melakukan interaksi apapun dengan Chungdae di saat liburan. Aku masih khawatir dengan penguntit yang mengambil foto kami."

"Dan kau akan membuatnya frustasi lagi. Dan dia akan mencariku lagi. Dan siklus itu akan terulang lagi."

"Aku tau, eonni, tapi pilihan apa yang kupunya?"

"Baiklah. Bertahan saja dengan itu sampai kita menemukan jalan keluarnya," setuju Eunyul eonni, "Noh Saem membuatku ingin mengerjainya."

"Apa yang mau kau lakukan padanya eonni?" tawaku.

"Lihat saja nanti, aku pasti akan melakukan sesuatu padanya."

"Jangan membahayakan dirimu demi aku."

"Kau meremehkan seorang Hwan Eunyul," ujarnya sambil tertawa sinis, "ah berbicara tentangnya membuatku lapar!"

"Aku belum menyimpan apapun di lemari es."

Eunyul eonni membuka lemari yang dia tau, disana tempatku menyimpan stok ramyeon.

"Aku akan masak ramyeon untuk kita. Enam bungkus. Mukbang."

"Ya, lakukan itu, eonni. Aku lapar juga."

Setidaknya bercerita pada Eunyul eonni membuatku lega. Aku akan coba mencari jalan keluarnya. Andaikan ada jalan keluar yang tidak akan merugikannya dan aku, aku akan melakukannya. Dan sebelum aku menemukan jalan keluarnya, akan kurahasiakan ini dari Chungdae. Maafkan aku, Chungdae.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun