Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Novel] I'm (Not) Allow to Love You [18]

19 April 2020   22:03 Diperbarui: 19 April 2020   22:27 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.

Song list:

  • NU'EST -- Love Without Love
  • YookSungjae -- Loving You Again
  • DGNA -- Lucky Man
  • Yoo Seonho -- Maybe Spring
  • STRAY KIDS -- Neverending Story
  • Eric Nam & CHEEZE -- Perhaps Love
  • Rainbow -- Pretend
  • GB9 -- Propose
  • Wang Leehom -- The First Morning
  • Moon Junyoung & Park Sangjun -- Too Late

MIN DONGHYUN'S POV

Aku masih tak tenang memikirkan siapa yang mengirimkan paket itu kepada miss Baek. Aku juga khawatir tiap memikirkan dia tinggal sendirian. Sebisa mungkin aku pulang dengannya sekarang dan mengantarnya masuk. Diapun terlihat sangat waspada setiap berjalan di daerah rumahnya.

"Donghyun-ah."

"Oh, hyong."

Sepertinya hyong baru selesai belajar. Pantas dia seorang ketua Students Committee, dia selalu belajar tiap malam selama paling sedikit satu setengah jam. Hal yang tidak mungkin kulakukan kecuali aku punya tugas atau ujian besoknya. Kami selalu tidur dalam satu kamar sejak kecil, kami memiliki bunk bed yang cukup besar dan aku menghuni bagian atas. Saat ini aku masih berbaring di karpet sambil memegangi ponselku.

"Ketika kau pulang sendiri dan pulang lebih telat, apakah kau mengantar miss Baek pulang?"

"Ya, semenjak kejadian itu, aku khawatir."

Dia duduk di sampingku.

"Hyong juga khawatir. Tapi tidak ada maksud lain selain itu kan?"

"Maksud hyong?"

"Hyong hanya ingin mengingatkanmu kalau dia adalah guru kita," jawabnya hati-hati.

"Oh, ya...aku tau itu hyong."

"Apa kau menyukainya sebagai seorang perempuan?"

Aku memikirkan pertanyaannya. Dan aku tau jawabannya. Aku memang menyukai miss Baek dan aku sudah memperhatikannya semenjak dia sering menjadi tamu eomma.

"Kalau iya, hyong berharap kau bisa menghilangkan perasaan itu, karena itu tidak pantas."

"Tapi hyong," jawabku sambil berdiri, "siapa yang bisa mengendalikan perasaan kita?"

Sekilas dia tampak sedih, "aku tau, Donghyun, kau sudah dewasa. Hyong hanya tak ingin kau terlibat masalah. Kau tau sendiri apa akibatnya jika hubungan kalian menjadi gosip di sekolah."

"Hyong, aku berharap hyong mengatakan itu karena hyong benar-benar peduli denganku, bukan karena hyong tidak ingin nama hyong rusak sebagai ketua Students Committee."

"Kau tau bahwa kau lebih penting daripada posisi itu."

"Dari semua orang yang dekat denganku," ucapku berusaha mengendalikan emosiku, "aku berharap hyong bisa mengerti. Tapi rupanya aku salah. Bahkan Hyeil hyong lebih bisa mengerti aku."

Aku memanjati bunk bed kami.

"Oh satu lagi, daripada hyong mengurusiku, jangan lupa cari cara untuk minta maaf pada Youngkyong karena dia sedih akhir-akhir ini. Dan aku tau itu karena hyong."

"Donghyun-ah..."

Aku menarik selimut menutupi seluruh tubuh hingga kepalaku.

"Aku ingin tidur, hyong."

Terjadi keheningan setelah itu. Aku sedih. Aku benar-benar berharap dia mengerti aku. Tapi rupanya aku harus berjuang sendirian.

***

MIN DONGHYUN'S POV

Terserah apa tanggapan hyong, aku tak mau tau. Dia hanya bersikap egois, dia tidak mencoba mengerti perasaanku. Dia pikir aku mau jatuh cinta? Aku tak mau, tapi hatiku berkata lain. Apalagi melihatnya menderita akhir-akhir ini, hatiku sakit melihatnya. Namun yang mengherankan, memang akhir-akhir ini Chungdae hyong jarang terlihat bersamanya. Aku tak tau apakah ini 'menyambar peluang' yang dimaksud oleh Youngkyong, aku juga tak tau apa yang tengah dilakukannya. Tapi kuharap apapun itu, dia tidak membahayakan miss Baek. Tentunya bukan dia yang mengirimkan paket aneh itu kan?

"Miss Baek!"

Aku melihat punggungnya berjalan menjauh dari gedung sekolah. Dia menoleh dan tersenyum, tapi wajahnya masih agak pucat. Tiga hari telah berlalu dari peristiwa itu dan tiap hari aku menemaninya pulang. Dia menoleh dan menungguiku.

"Oh Donghyun!"

"Miss mau pulang sekarang? Maukah kau menungguku karena aku masih punya satu kegiatan club?"

"Donghyun-ah tak apa. Kurasa semuanya sudah baik-baik saja sekarang. Aku tak tega terus merepotkanmu," tolaknya masih sambil tersenyum, "aku juga harus mampir ke satu tempat dulu sebelum pulang."

"Tapi itu tak merepotkanku."

Malah aku merasa itu anugerah untukku bisa pulang bersamamu, miss. Andai saja aku bisa lebih jujur.

"Tenang saja, kalau ada apapun, aku akan mengirimimu pesan. Apakah itu cukup untuk meyakinkanmu?"

"Ah baiklah. Tolong kirimi aku pesan kalau miss sudah sampai di rumah."

"Baik, aku janji. Pergilah, Donghyun."

Aku membalas senyumnya dan dengan hati ringan berlari ke gedung olahraga. Aku hanya perlu menunggu pesannya saja.

Sudah jam setengah tujuh malam setelah kegiatan club basketku selesai. Hyong menghampiriku.

"Ayo kita pulang. Kau mau mandi dulu?"

Aku mengambil ponsel dari lokerku dan membuka Instagram. Tidak ada pesan dari miss Baek dan terakhir kali dia online adalah tiga jam yang lalu, itu berarti sebelum dia pulang dari sekolah.

"Aku tak pulang dengan kalian," ujar Chungdae hyong, "aku mau mampir dulu ke tempat lain."

"Baiklah, Chungdae," balas hyong.

"Hyong, dengarkan aku," ujarku sambil membereskan barang dengan cepat, "aku harus ke tempat miss Baek dulu, terserah apa pendapat hyong. Aku hanya ingin memastikan dia sudah pulang."

"Baik, aku percaya padamu. Cepat pulang."

Aku berlarian sepanjang perjalanku menuju apartemen miss Baek. Perasaanku benar-benar tidak tenang. Tapi mungkinkah hanya aku yang berlebihan? Tapi kalaupun begitu, aku ingin melihat apakah dia baik-baik saja. Sebentar lagi aku akan tiba di apartemennya. Di saat itulah aku melihat seseorang tengah berjongkok di depan apartemennya. Aku menyipitkan mataku dan mengenali pakaian yang dipakai oleh miss Baek.

"Miss Baek!"

Aku berlari dengan cepat dan menghampirinya. Tubuhnya bergetar dan dia menangis dengan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Apa yang terjadi?"

"A... ada paket lagi di depan apartemenku. Dia... dia masih menguntitku."

Aku punya keinginan besar untuk mengecek paketnya, tapi prioritasku adalah keselamatannya sekarang. Aku membantunya berdiri dan memegangi pundaknya.

"Miss, dengarkan aku. Lihat aku."

Aku masih merasakan tubuhnya yang bergetar, tapi dia menurunkan tangannya. Wajah cantiknya basah oleh air mata dan hatiku sakit melihatnya.

"Kau sekarang akan baik-baik saja, aku disini. Oke? Tenangkan dirimu."

Dia terisak tapi mulai berusaha menarik nafas dalam-dalam. Appa benar, bagaimanapun ada kemungkinannya aku berhadapan dengan orang dewasa sekarang, jadi aku tak boleh mengambil resiko.

"Miss, ayo kita ke apartemenku saja. Mungkin apartemen miss tidak aman sekarang."

Dia hanya menganggukkan kepala dan kusampirkan tasnya ke bahuku dan bantu mengambilkan barang-barangnya sambil dengan tanganku yang bebas, merangkulnya dan berjalan bersamanya perlahan.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun