MIN DONGHYUN'S POV
Tidak, tolakku... pasti apa yang kulihat tadi salah.
"Donghyun-ah."
"Ya, eomma?"
Aku berlarian dari kamarku menuju dapur. Eomma tampak menyiapkan bekal.
"Kudengar Chungdae sakit dan dia sedang sendirian. Maukah kau mengantarkan makanan ini padanya? Eomma sebenarnya ingin ke tempatnya tapi kau tau eomma ada pertemuan setelah ini," jelas eomma dengan wajah khawatir.
"Ya eomma, aku akan mengantarnya."
Aku mengambil tas bekal itu dan segera turun lewat tangga darurat. Mungkin karena turnamen kemarin yang sudah menghabiskan tenaganya. Akhir-akhir ini juga sering hujan dan kemarin malam aku bertemu dengannya di bawah, tampaknya dia kehujanan. Aku menekan kode pintu apartemennya yang sudah kuhafal di luar kepala. Mungkin dia sedang tidur, aku tak ingin mengganggunya. Tapi ada sepatu perempuan disini, siapa yang datang? Eh, lalu pintu kamarnya terbuka?
"Apa tadi noona membayangkan aku?"
Aku penasaran siapa yang bertamu, tapi aku hanya bisa melihat sosok belakang perempuan itu. Perempuan itu duduk di ranjang Chungdae hyong dan rambutnya panjang sebahu.
"Karena aku bisa membayangkan noona dalam gaun pengantin."
Lalu mendadak Chungdae menarik tangan perempuan itu dan dia menciumnya! Dan saat itulah aku bisa melihat sekilas wajahnya. Itu miss Baek! Apa yang mereka lakukan? Aku berlari cepat meninggalkan tempat itu. Aku tak ingin melihat kelanjutannya lagi.
Aku duduk di bangku di taman apartemen kami. Ternyata kedekatan mereka sudah sejauh itu. Tapi aku tak rela. Aku tak ingin miss Baek bersama Chungdae hyong. Itu tidak masuk akal.
My heart is telling me
My eyes are telling me
But once again, I lie
In case only tears will remain
In case you will hurt even more
On top of my hidden heart that looks for you
I coat on more longing
I want to become this rain and fall down by your side
As much as my heart won't stop
The more you fill me, the more I'll break down
But I can't help but love you again
Just looking at you brings tears to my eyes
You give me so much pain that it's numb
But just for one day, just once
I want to hold you in my arms
(YookSungjae -- Loving You Again )
Entah berapa lama waktu yang kuhabiskan merenung di bangku taman. Mendadak kudengar suara langkah-langkah dan setengah bersembunyi di balik bangku, aku melihat miss Baek keluar ditemani Chungdae hyong.
"Yakin tak mau kuantar sampai ke stasiun?"
"Kau perlu istirahat dan besok kau harus sekolah," hardik miss Baek.
"Baiklah sonsaengnim," tawa Chungdae hyong, "kirim pesan padaku noona."
"Ya ya. Bye."
Miss Baek tersenyum dan melambai pada Chungdae hyong. Dan hatiku terasa sakit melihat senyumnya yang sangat cerah itu. Chungdae hyong masuk kembali ke apartemen. Aku memandangi tas bekal yang masih kupegang. Bagaimanapun aku harus mengantarkannya. Aku naik kembali dan menekan bel apartemennya.
"Noona aku baru saja mengirimkan pesan padamu, apakah kau sudah merindukan..." Chungdae hyong membuka pintunya, "oh, Donghyun?"
"Noona siapa yang hyong maksud?"
"Kukira tamuku. Kenapa kau tidak langsung masuk saja seperti biasa?"
"Ah aku hanya ingin mengantarkan ini dari eomma," ujarku sambil menyerahkan tas bekal padanya.
"Oh sebenarnya aku merasa cukup baik tapi sampaikan terimakasihku pada eomma-mu ya," ujar hyong tampak senang, "mau masuk dan main? Ayo kita battle."
"Tidak hyong, aku akan pergi setelah ini. Jadi... cepat sembuh ya."
"Ya. Terimakasih Donghyun!"
Aku kembali naik ke apartemenku. Aku tak ingin menyerah begitu saja.
***
Butterfly effect yang kurasakan hingga saat ini benar-benar membuatku aneh. Aku tak bisa berhenti memikirkan Chungdae semenjak... apa yang terjadi kemarin. Kurasa aku benar-benar jatuh cinta padanya. Tapi apa yang harus kulakukan? Pastilah hubungan kami tak akan disetujui siapapun.
"Noona ya!"
Jantungku hampir melompat keluar. Chungdae berlarian ceria dan menghampiriku. Aku melihat keadaan sekitar yang masih sepi. Untungnya tak ada yang mendengar dan melihat ini. Aku memukuli lengannya.
"Kau sudah gila?"
"Aku tidak gila, aku hanya senang melihat noona lagi."
"Ini di sekolah, jangan panggil aku noona!"
"Tak ada orang disini, noona."
Dia menjulurkan lidahnya dan berlari menjauh perlahan.
"Nanti kau kebiasaan! Ya! Tunggu aku!"
Aku tertawa sambil mengejarnya. Rasanya aku 10 tahun lebih muda dari umurku sekarang. Yah, andaikan memang aku jauh lebih muda.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H