Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

No Other, The Story (07/55)

22 Januari 2019   17:33 Diperbarui: 22 Januari 2019   17:38 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

YIFANG'S DIARY

CHAPTER 7

IT HAS TO BE YOU

Aku memandangi kamar Leeteuk oppa dan Donghae dengan tampang maruk. Rupanya seperti ini kamar mereka. Aksesoris Donghae kebanyakan berwarna biru, sedangkan aksesoris Leeteuk oppa berwarna putih. Wallpaper kamar juga berwarna putih bersih. Selain sebuah gitar, ada juga keyboard di kamar ini. Aku tidur di ranjang Leeteuk, sedangkan Xili, sampai sekarang masih tidur di ranjang Donghae. Sepertinya dia kelelahan. Aku memandangi baju yang kupakai, kaos kebesaran yang dipinjamkan Leeteuk oppa. Punya Leeteuk oppa! Meski dia bukan artis, Leeteuk oppa tampan, dokter keren! Heh, apa yang kupikirkan. Yang aku mau sekarang bertemu dengan Yewook. Tapi mereka mana yah? Apa hari ini juga mereka belum pulang? Yang ingin aku temui malahan belum ketemu, sedangkan Xili beruntung, dia sudah bertemu Donghae. Aku mendengar suara gerakan di depan pintu kamar, ada siapa? Apa Aqian sudah bangun? Kebetulan, aku mau berdiskusi dengannya. Tapi mataku terpancang pada bubur di tanganku, bubur ayam yang enak. Ternyata... Donghae pintar juga memasak. Aku selama ini Cuma tau Ryeowook yang bisa memasak. Donghae hebat!

               "Meifen, bisa tolong ambilkan nampan di belakang yang isinya gelas-gelas dan sirup jeruk? Nanti bawakan ke dalam. Hyung, ayo ikut aku ke dalam," aku mendengar suara Donghae di depan pintu.

                Hyung? Yesung usianya lebih tua darinya, kan? Bagaimana kalau itu Yesung? Tanganku langsung bergerak otomatis ke rambutku, meratakan poniku dan rambutku. Yesung? Yesung!!!

"Tapi siapa dia, Hae?" aku mendengar suara pria yang kedua.

                Hatiku mencelos. Bukan Yesung. Itu bukan suaranya. Aku kecewa.

"Bukan siapa dia, hyung pasti nanti akan menanyakan siapa mereka. Ikut saja aku masuk dulu, biar nanti semuanya jelas."

                Donghae membuka pintu, membawa nampan penuh berisi makanan. Terlalu banyak.

                "Yifang, gimana buburnya?"

                Aku menganggukkan kepalaku dengan bersemangat, "enak sekali, Donghae-sshi, aku suka."

                Donghae menuju mejanya dan meletakkan nampan itu.

                "Aku sudah bilang jangan panggil aku dengan sebutan --sshi lagi. Xili belum bangun?"

                "Belum. Dia terlalu capek. Untung Cuma aku yang sakit, soalnya aku cepat sehat."

                Lalu mataku terpancang pada sosok pria di depan pintu. Pria cantik yang tidak kukenal. Tapi aku tidak bisa melepaskan pandanganku dari wajahnya. Terpana.

                "Siapa mereka?" dia buka suara, menunjuk aku dan Xili bergantian.

                "Duduk, ngobrol, makan," ujar Donghae sambil menekan bahu pria itu, memaksanya duduk di kursinya.

                Donghae agak berinjit saat melakukannya, temannya lebih tinggi. Aqian juga masuk beberapa detik kemudian.

                "Itu letakkan di meja Leeteuk hyung saja. Hati-hati tumpah. Dia tidak suka mejanya basah."

                Aqian meletakkan nampan berisi jus dengan hati-hati. Donghae menunjuk tepian ranjang Xili, jadi Aqian langsung duduk disana. Sementara Donghae menuang minuman, suasana hening.

                "Heechul hyung, mereka Mai Yifang, Huang Xili, Qian Meifen, dari Guangzhou. Semuanya, ini Kim Heechul, temanku."

                "Aku tidak pernah tau kalian punya teman di Guangzhou," kata Heechul heran.

                "Aku juga mau tau sih cerita kalian kenapa bisa kesini."

               Aku bertukar pandang dengan Aqian. Aqian terlihat cemas, jadi lebih baik aku saja yang bercerita. Mengarang cerita, tepatnya.

                "Err... kami kehilangan kontak dengan teman kami, sedangkan alamatnya kami tak punya. Dia bilang dia tinggal di apartemen mewah, jadi kami coba masuki apartemen..." cicitku.

                "Apa? Dari airport langsung berkelana?"

                Donghae menyerahkan segelas minuman pada Heechul dan aku.

                "Ya. Akhirnya kami nyasar kesini. Kami... beruntung bertemu orang-orang sebaik kalian."

                "Dan wajar mukamu pucat begitu," komentar Heechul.

                "Err... aku sudah sembuh kok," kilahku.

                "Leeteuk hyung masih ingin kau banyak istirahat, Yifang. Eh, ngomong-ngomong... kalian kan masih kecil ya? Boleh keluar negeri sendirian ya?" Tanya Donghae, menyerahkan segelas air jeruk lagi pada Aqian.

                "Kecil? Aku sudah 19 tahun," jawab Aqian.

                "Kau? 19?"

                "Iya. Dan Yifang 20. Xili 18."

                "Bagaimana mungkin? Aku kira Yifang masih 16!"

                Aku tertawa terbahak.

                "Aku sudah tua ya~ Donghae-sshi," hardikku.

                "Jangan panggil aku --sshi lagi. Kita semua sekarang teman. Heechul hyung mau makan apa?"

                "Telur, seperti biasa lipat di antara dua roti," jawab Heechul, "tapi kalian masih lebih muda semuanya dariku. Termasuk dari Hae. Ya kan, Hae? Kau 21 kan?"

                "Iya."

                "Jadi kami harus memanggil kalian... oppa?" Tanya Aqian ragu.

                "Kalau kalian berminat," jawab Donghae.

                "Donghae oppa, dan... Heechul oppa?" panggilku.

                "Kedengaran manis."

                "Jadi, apa rencana kalian selanjutnya?" Tanya Heechul tepat sasaran.

                "Kami... mau cari tempat tinggal," jawab Aqian.

                Aku melotot pada Aqian, jawabannya agak di luar skenarioku. Aku mau disini sampai aku bisa bertemu Yewook dong! Tapi... benar juga, kami tak bisa selamanya disini. Sidak dari baba dan mamanya Xili... kuliah... uang...

                "Kalian boleh tinggal disini kok sementara waktu," putus Donghae setelah memandang wajahku cukup lama.

                "Hah? Kami tak bisa merepotkan kalian!" kataku.

                "Tidak sama sekali. Kami ada 4 kamar disini, yah, masing-masing kamar ada penghuninya sih, tapi kalian bisa tidur di satu kamar. Kamarku ini boleh kok. Aku bisa tidur dengan Wookie, Leeteuk hyung bisa tidur dengan Bummie."

                "Wookie? Bummie?" Tanya Aqian dengan wajah berkerut.

                "Kalian tidak kenal Ryeowook dan Kibum?" Tanya Heechul, matanya melotot.

                Ya, kami berakting dengan sangat baik.

                "Tentu tidak kenal, mereka baru datang semalam, hyung. Itu dua dari teman satu asrama kami. Yang kamarnya di sebelah kiri itu milik Kim Jongwoon, kami memanggilnya Yesung hyung, dia tidur bersama Ryeowook, kami memanggilnya Wookie, ah, dia seumuran denganmu, Yifang. Lalu yang kamar kanan, ada Zhoumi, kami memanggilnya Mimi, bersama Kim Kibum, dia dongsaengnya Yesung hyung, kami memanggilnya Bummie, dan di kamar terakhir, Kyuhyun tidur dengan Lee Sungmin, kami memanggilnya Umin," jelas Donghae panjang.

                Saat itu Xili menggerakkan badannya, dan aku melihat dia membuka matanya. Dia memandang kami semua dengan tampang bingung.

                "Xili, kau sudah bangun akhirnya. Sekarang kau di Seoul, di kamar Donghae oppa, apa kau ingat?" Tanya Aqian.

                Aku tau Aqian juga bermaksud mengingatkan Xili supaya dia tidak kaget. Siapa tau karena tidur, Xili menganggap kejadian kemarin hanya mimpi. Akhirnya mata Xili terpancang pada Donghae, lalu matanya membulat seketika, dan menutupi mukanya dengan selimut, hingga hanya mata dan dahinya yang terlihat.

                "Pagi, Xili."

                Sapaan dan senyum Donghae membuat wajah Xili memerah. Heechul tiba-tiba berdiri dan mendekatkan wajahnya ke wajah Xili.

                "Heechul oppa!" teriakku kaget, apa yang mau dilakukannya pada Xili?

                "Wow, matanya besar. Mata yang cantik," komentar Heechul.

                "Xili, ini Heechul oppa, temannya Donghae oppa," Aqian memperkenalkan.

                "Ha... halo..." Xili berbicara dengan suaranya yang serak karena baru bangun dan setengah kaget.

                "Hai. Jangan takut, aku tidak akan menggigitmu," kata Heechul sambil tersenyum, tampan sekali.

                "Ah, Xili, Aqian, kalian bersiap-siaplah. Kita mau keluar, kita mau mencari teman kita itu lagi," ujarku.

                Xili dan Aqian melempar pandangan bingung padaku, tapi aku mengedipkan mataku pada mereka. Kami perlu berdiskusi, tapi tak mungkin disini, dengan adanya Donghae dan Heechul di apartemen. Keluar adalah satu-satunya kunci.

                "Ah... oke, benar. Kita harus memarahinya. Aku akan mandi. Kau juga, Xili?" ucap Aqian, cepat tanggap kali ini.

                "Yifang onnie juga harus siap-siap kan? Kaos siapa yang onnie pakai itu?" Tanya Xili sambil menunjukku.

                "Kaos Leeteuk oppa. Ya sudahlah, ayo kita siap-siap sekarang!" perintahku.

                "Sebaiknya kalian makan sarapan dulu sebelum keluar. Oh ya, kalau nanti siang aku tidak ada di apartemen, ini, aku pinjamkan dulu ID kunciku," kata Donghae sambil menyerahkan selembar kartu elektronik.

                Aku mengambil kartu itu, "tapi kalau Donghae oppa mau pakai nanti bagaimana?"

                "Gampang. Nanti aku minta tambahan kartu lagi saja pada si ahjussi, biar untuk sementara kalian ada pegang kartu ID juga."

                "Kamsahamnida, Donghae oppa."

                "Yuk, Xili, kita mandi," ajak Aqian sambil menarik tangan Xili bangkit dari tempat tidur.

                "Aku dan Heechul hyung akan ada di depan, kalau kalian butuh bantuan," ujar Donghae sambil keluar.

                Setelah Donghae dan Heechul keluar, aku memperingatkan Xili dan Aqian, "cepat yah. Banyak sekali yang perlu kita susun."

                Keduanya mengangguk dan bergegas keluar. Wow, Donghae baik juga. Aku jadi kagum pada Xili mei yang mengidolakan dia. Andaikan aku bukan sudah jatuh cinta pada Yewook, mungkinkah aku bisa jatuh cinta pada Donghae juga? Ah, tapi Leeteuk oppa baik juga kok, Kyuhyun juga. Cuma Heechul oppa yang agak aneh... hiii, seram. Ah, aku ganti baju dulu... Ngomong-ngomong, apa yah yang dibicarakan Donghae dan Heechul oppa? Apa mereka bakal membicarakan Yewook yang sampai sekarang belum aku lihat? Aku buka sedikit pintu kamar dan curi dengar ahhh..

                "Kau tidak punya jadwal hari ini?" aku mendengar suara Heechul oppa.

                "Nanti siang ada. Yesung hyung dan Wookie dari kemarin ada jadwal, sedangkan Kyu menyusul tadi pagi. Tapi Umin sepertinya sudah selesai. Yang pasti Mimi masih sibuk dan tidak bisa pulang sampai semua jadwal kami selesai."

                "Sebenarnya kasihan juga si Mimi."

                "Hyung sendiri bagaimana? Kapan salon dibuka?"

                "Senin ini. Kami masih kekurangan banyak staff, tapi Won serahkan padaku untuk memilih staff. Pekerjaan yang tidak gampang, kau tau?"

                "Pasti hyung akan sibuk sekali."

                Mendengar pembicaraan mereka, aku kembali sadar. Pekerjaan, kuliah, tempat tinggal... mana yang harus kudahulukan? Sepertinya sih pekerjaan, karena kalau tidak ada itu, bagaimana kami bisa mencari tempat tinggal? Lalu tempat kuliah Xili dan Aqian... kalau tidak, mereka akan dimarahi orangtua mereka. Hmmm... aku perlu tau juga kira-kira mereka dapat kiriman berapa tiap bulan, jadi aku bisa memilih tempat tinggal nantinya. ternyata... hidup jauh dari orangtua di Negara lain sangat sulit.

                "Yifang, ayo kita keluar," aku mendengar Aqian memanggil sambil mengetuk pintu kamar.

                Aku menyambar dompetku dan bergegas keluar. Donghae dan Heechul memandangi kami bertiga.

                "Ternyata kau modis juga ya," entah Heechul oppa sedang memuji atau menyindir Aqian.

                Aku melirik Aqian yang memang sejak dulu sudah sangat modis. Dia sekarang memakai baju tanpa lengan berwarna merah, dengan rok mini berwarna ungu muda, lengkap dengan topi gede yang bisa menahan sengatan sinar matahari berwarna pink. Cantik. Heechul oppa memandangi Aqian dari ujung kepala sampai ujung kaki. Aneh sekali. Kalau aku sih pasti risih dipandangi begitu.

                "Aku memang modis kok."

                Heechul oppa nyengir. Sepertinya pasangan anjing-kucing baru saja lahir...

                "Yifang, sebaiknya kau tidak lama di luar. Kondisi badanmu masih belum stabil, dan di luar panas," Donghae mengingatkan.

                "Iya, oppa, kami Cuma sebentar kok," kataku sambil tersenyum.

                Kami berpamitan, keluar apartemen menuju lift, dan tanganku langsung menekan angka satu.  Perlahan, senyum merekah di bibirku. Aku senang.

                "Donghae, Kyuhyun. Kita tinggal ketemu yang tiga lagi kan?"

                "Donghae oppa perhatian sekali sama Yifang jie," komentar Xili.

                "Itu karena jie lagi sakit, Xili. Tenang saja, tak ada maksud lain kok. Jie pengen ketemu Yewook... mereka kemana sih?"

                Saat itu lift sudah sampai di lantai bawah. Ketika kami membuka pintu, ada seorang pria yang menunggu di depan lift, lalu masuk ke lift melewati kami. Meskipun gerakannya cukup cepat, aku tau dia siapa. Itu Sungmin!!!

                "Itu Sungmin, kan?" Aqian menyuarakan kata hatiku.

                "Wah. Mudah-mudahan waktu pulang, kita bisa melihatnya!"

                Kami keluar apartemen, tapi aku tidak tau kami harus kemana. Akhirnya aku memilih ke jalan kanan, dan Aqian juga Xili mengikutiku. Otakku sekarang dipenuhi masalah-masalah yang tidak gampang.

                "Kita mau kemana, jie?" Tanya Xili.

                "Tanpa tujuan. Aku hanya ingin bicara dengan kalian. Begini, kalau kita memang mau hidup bersama disini, apa kalian keberatan kalau kita mengumpulkan semua uang kita? Aku ingin tau kalian dapat berapa tiap bulannya. Kalau kalianpun tidak keberatan, aku yang akan mengatur pengeluaran kita."

                "Tidak apa-apa kok. Kurasa kau cukup bisa mengatur keuangan. Baba kirim 500000 won tiap bulan padaku, tapi kalau aku masih butuh, kurasa dia bisa tambah 70000 won lagi tiap bulannya," ucap Aqian.

                "Kalau aku 300000 per bulan, jie," ujar Xili.

                "Berarti kita kira-kira punya 800000 won per bulan. Oke. Aku juga akan cari kerja, jadi tidak hanya akan pakai uang kalian Cuma-Cuma," kataku sambil tersenyum.

                "Aku juga bisa kerja kok, jie," ujar Xili.

                "Tidak, mei tak boleh kerja, karena mei paling muda disini. Mei kuliah saja."

                Kulihat Xili sudah mau membantah, tapi Aqian menarik ujung kaosku.

                "Cewek yang kemarin," ucapnya sambil menunjuk ke caf di kanan.

                Aku menoleh dan melihat gadis kemarin yang memberikan alamat apartemen KRYSD pada kami tengah duduk di salah satu meja dekat kaca etalase toko. Wajahnya kelihatan sangat merah, tapi selain itu sepertinya keadaannya lumayan, karena sekali lagi selera fashion-nya membuatku kaget. Terlalu unik, sebenarnya.

                Xili melambaikan tangan untuk menarik perhatiannya, "hei!!! Ini kami!"

                Gadis itu akhirnya menoleh, tersenyum dan balik melambai pada kami. Aku memberikan isyarat pada Aqian dan Xili untuk masuk. Kami perlu berterimakasih padanya, mentraktirnya atau apalah. Lagipula dia sangat kenal Seoul, bisa minta tolong dia ajak kami berkeliling. Dan satu lagi, kalau dia mau, dia bisa menyamar jadi "teman" yang kami cari di Seoul. Tuntas, kan?

                "Wah, bisa-bisanya ketemu kalian lagi. Ayo duduk," katanya ramah.

                Kami langsung duduk di tiga kursi yang masih tersisa di mejanya.

                "Kalian berhasil ke tempat mereka, kan?"

                "Iya. Kau hebat juga, alamatnya tepat," jawab Aqian.

                "Tentu dong. Tuh, coba lihat ke sana."

                Si gadis terus mengedikkan kepalanya ke depan, tepatnya ke arah belakangku. Bingung, aku menoleh untuk melihat apa yang mau ditunjukkannya pada kami, dan seketika jantungku berhenti berdetak. Itu dia! Pria yang sangat ingin kutemui!!!

  
It can't be if it's not you
   
I can't be without you
     
It's okay if I'm hurt for a day and a year like this
      
It's fine even if my heart's hurts
    

Yes because i'm just in love with you

                "Itu Yesung, kan?" kata si gadis.

                "Iya, kami belum bertemu dia. Dia tidak pulang semalam," jawab Aqian.

                Tapi aku tidak peduli pada pembicaraan mereka atau apa yang mereka lakukan. Yang ada di duniaku hanya Yesung. Yesung-ku. Sangat tampan dan berkarisma, duduk di salah satu kursi, tangan kanannya sibuk dengan ponselnya, tangan kirinya mengambil secangkir minuman. Wajahnya terlihat lelah, tapi matanya terpancang pada ponselnya, dan dia tersenyum manis. Duniaku sudah berubah jadi surga. Yesung... Yesung-ku...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun